Jepara-Dulu, terdapat perusahaan kereta api dan trem Semarang
Joana Stroomtram Maatschappij (SJS). Perusahaan tersebut membuka jalur
Semarang-Genuk-Demak-Kudus-Pati-Joana (sekarang Juwana). Setelah itu, pada 5 Mei 1895 perusahaan tersebut menambah
jalurnya ke timur yakni membuka jalur Kudus-Mayong-Pecangaan.
Pada 1 Mei 1900
juga menambah jalur kereta api ke barat hingga mencapai Rembang dan Lasem. Pada
tahun itu juga, pada 10 November SJS membuka jalur baru lagi yang melayani rute
Mayong-Welahan.
Saat itu Stasiun Mayong merupakan salah satu stasiun tertua
di Jawa. Yang unik dari bangunan stasiun itu adalah keseluruhannya terbuat dari
kayu, yaitu dari jenis kayu jati. Ada
yang mengatakan konon stasiun itu dibangun untuk memudahkan pengangkutan hasil
kerajinan mebel kayu dari Jepara untuk selanjutnya di kapalkan via Pelabuhan
Tanjung Emas Semarang.
Stasiun Mayong juga memegang peranan penting dalam sejarah
perkeretaapian di Jawa pada abad ke19 dimana saat itu adalah saat-saat periode
awal era industrialisasi di tanah jawa.
Lokasi Stasiun Mayong tidak jauh dari Pasar Mayong, didekat
lampu rambu lalu lintas tepatnya di sebelah utara SMPN 1 Mayong. Kini, bangunan
stasiun itu sudah tidak ada karena telah dipindahkan oleh investor akhir tahun
1990-an. Stasiun itu ditempatkan di Losari Spa Retreat & Coffee
Plantation daerah Grabag Magelang.
Ironis memang, stasiun kebanggaan masyarakat Jepara dan ada
kaitannya dengan pahlawan pergerakan wanita RA Kartini sekarang sudah berpindah
tangan ke pihak lain.
Seharusnya tindakan seperti itu tidak diperbolehkan,
pasalnya segala bentuk perdagangan benda cagar budaya adalah perbuatan
melanggar hukum dan harus ditindak. Lokasi bekas stasiun itu berdiri kini
beralih menjadi ruko. Namun, bekas percabangan jalur sebelum masuk stasiun
masih terlihat, meskipun telah tertimbun aspal.
Karenanya Pemkab Jepara sudah seharusnya bekerjasama dengan
PT.KAI mengambil kembali Stasiun Mayong ke tempat asalnya dan menjadikan
stasiun tersebut sebagai museum kereta api dan cagar budaya yang harus dilindungi.
(Budy/ qim)