Pelimbang Emas, Riwayatmu Kini - Soeara Moeria

Breaking

Senin, 10 September 2012

Pelimbang Emas, Riwayatmu Kini


Jepara, soearamoeria.com
10 tahun silam desa Margoyoso kecamatan Kalinyamatan menjadi pusat pelimbangan atau gombang emas. Pelimbangan merupakan usaha yang menggiurkan. Semakin langkanya perajin emas berdampak pula pada warga yang fokus pada usaha tersebut. Kini usaha tersebut hanya digeluti tinggal satuan orang.

Adalah Chudri warga Margoyoso RT.05 RW.03 yang masih bertahan menekuni usaha pelimbangan. Usaha tersebut ia terkuni sejak beberapa tahun silam. Meskipun teman-teman seperjuangan sudah banyak yang pindah profesi ia masih bertahan. 

Usaha pelimbangan menggiurkan disamping hasilnya besar modal yang dibutuhkan juga sangat besar. Modal tersebut untuk menebas, membeli tanah dari perajin emas. Duit yang dikeluarkan antara 5-10 juta per-tebasan. “Tanah bekas perajin emas di beli seharga 5-10 juta mas,” kata Rouf Fredianto, putra Chudri. 

Selain dari Margoyoso tanah juga dibeli dari desa-desa sekitar semisal Kriyan, Purwogondo, Robayan (Kalinyamatan) dan Krasak (Pecangaan). Setelah ditebas tanah menjadi hak milik pembeli untuk kemudian dilimbang sisa-sisa emas yang bercampur tanah tersebut. Pelimbangan melalui beberapa tahap. Intinya proses yang meliputi beberapa tahap tersebut adalah memisahkan emas dan tanah.

“Proses pelimbangan dibantu dengan zat-zat kimiawi semisal air raksa, komboran, sabun, pijar dan sendawa,” ungkapnya. Zaman semakin maju untuk melimbang pun alatnya kian modern. Pelimbang hanya butuh waktu sekitar 1-2 jam untuk memproses setelah itu diserahkan sepenuhnya pada alat yang memutar sendiri. Alat memutar sendiri dalam 5 jam lamanya.

Satu sak tanah belum menjangkau jumlah emas yang diperoleh. Sehingga perlu satuan hingga puluhan sak untuk memperoleh emas yang bisa digramkan. Hasilnya, Chudri menjual hasil limbangan 1 gramnya sebesar Rp.480-000-500.000 kepada agen yakni tetangga yang masih bertahan sebagai perajin emas.

Untuk harga standarnya sekitar Rp.470.000. Ia menungkapkan emas limbangan beda tipis dengan emas batangan. Emasnya sama-sama murni bedanya pada emas limbangan ada sedikit campuran partikel. Dari agen, emas limbangan dibatangkan kemudian dijual kepada orang China kemudian orang Jawa yang jadi anteknya diminta untuk membuatnya jadi berbagai model kerajinan emas.     

Langka
Usaha pelimbangan semakin langka karena warga terjerat modal yang sangat besar. Ditambah makin jarangnya penduduk yang berprofesi sebagai buruh kemasan atau perajin emas yang dulu ngantek dengan China. Sebenarnya masih banyak tanah hasil perajin emas yang berasal dari luar daerah semisal Kudus, Semarang, Solo, Bandung dan Jakarta.

Tetapi harga tanah tersebut tidak lagi bernilai jutaan melainkan sudah bernilai milyaran. Akhirnya warga memang harus angkat kaki dari usaha menggiurkan tersebut. Mereka pun terpaksa alih profesi sebagai perajin monel, konveksi dan beberapa pekerjaan yang sesuai dengan pilihannya. (qim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar