Menjadi Santri Masa Kini Harus Perkuat Riyadlah - Soeara Moeria

Breaking

Minggu, 08 Juli 2012

Menjadi Santri Masa Kini Harus Perkuat Riyadlah

Jepara-Sebagai seorang santri yang mondok di pesantren perlu kiranya memperkuat riyadlah, tirakat layaknya ulat yang kelak menjadi kupu-kupu. Demikian dipaparkan KH Mahrus Ali dalam Tahtiman Pesantren 'Roudlotul Huda' dan 'Roudlotul Hidayah' desa Margoyoso kecamatan Kalinyamatan, Jum'at sore (06/7) kemarin.

Menurut Ketua LDNU Jepara, ulat yang kelak menjadi kupu-kupu adalah sebuah proses yang meski dilalui. Dalam berproses tentu akan menemui banyak kendala. Begitu pun dengan seorang santri yang mondok. Riyadlah juga perlu dilakukan sehingga kelak akan menuai hasilnya.

Kyai Mahrus menyebut tiga hal yang wajib dilakukan santri. Pertama, Takhalli. Artinya, sebagai santri jasmani dan rohaninya harus bersih dan terhindar dari sifat madmumah (tercela). Berkait hal itu, ia menyontohkan tumbuhnya ilmu dalam pribadi seorang berbada-beda. Hal itu, terkait kualitas santri masing-masing.

“Ilmu itu termasuk barang yang suci. Ia suka ditempat yang suci. Jika ilmu menempati orang yang tidak suci maka ilmu tidak kerasan menempatinya,” paparnya.

Suatu ketika, ada seorang santri mondok selama tujuh tahun. Tetapi pelajaran yang santri peroleh belum ada yang nyantol sama sekali. Akhirnya, santri ngaji lagi dengan kyai Mahrus. Usut punya usut ternyata si santri punya kebiasaan mengintip santri putri saat sedang mandi.

Ia juga memberikan contoh lain tentang sucinya ilmu. Seorang santri yang tidak terima diingatkan kyainya lantaran mengenakan pakaian yang tipis. Dilain hari kyai melakukan hal sama dan santri gantian yang mengingatkan kyai. Juga Simbah Ma'shum yang perokok berat apabila melihat santrinya merokok malah diharamkan.

“Semua yang disampaikan dan dilakukan kyai ada maksud tersendiri. Sebagai santri tidak perlu berprasangka buruk kepada kyainya,” jelasnya.

Kedua, Tahalli. Sebagai santri hendaknya menghiasi diri dengan sifat mahmudah (terpuji). Ketiga, Tajalli. Santri harus terbuka mata hatinya menerima nikmat yang diberikan Allah SWT.

Malam harinya, di tempat yang sama diadakan Haflah Attasyakur Lil Ihtitam dengan menghadirkan KH Syarafuddin dari Rembang. Dalam taushiyahnya santri tidak perlu khawatir akan jadi apa dan makan apa. Yang terpenting baginya adalah ilmu yang berkah dan manfaat.

“Rizki sudah ada jatahnya masing-masing. Sebab pembagian rizki sudah ditanggung oleh Allah SWT. Rizki ada yang paten ada juga yang bonus,” ungkapnya.

Ayam sebagaimana ia menyontohkan tidak pernah mengeluh untuk mencari makan. Dapat apapun ia terima. Oleh karena itu, semua lanjutnya hendak dihaturkan kepada Allah. (Syaiful Mustaqim)


Gambar: pesantren balikpapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar