![]() |
| PGSD UST gelar International Conference on Education 2025. |
Yogyakarta, soearamoeria.com - Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) menyelenggarakan The 4th PGSD International Conference on Education (ICE 2025) pada 20 November 2025 dengan format hybrid.
Seminar internasional ini mempertemukan pemakalah dan peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia serta Filipina, menghadirkan ruang diskusi lintas negara mengenai pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dan Deep Learning dalam pendidikan dasar.
Kegiatan berlangsung sejak pagi dengan rangkaian acara pembukaan, laporan kegiatan oleh Kaprodi PGSD Dr. Anang Sudigdo, M.Pd., serta sambutan Dekan FKIP Dr. Sigit Sujatmika, M.Pd., yang menekankan pentingnya literasi teknologi bagi calon guru sekolah dasar.
Kedua pimpinan fakultas tersebut menyoroti bahwa pendidikan dasar merupakan garda terdepan dalam menumbuhkan kecakapan digital yang berperspektif humanis di tengah perkembangan teknologi kecerdasan buatan.
Sesi keynote menjadi inti kegiatan. Pembicara pertama, Dr. Amelia Jarapa dari Calayan Educational Foundation, Inc., Filipina, membahas bagaimana kecerdasan buatan dapat memperkaya proses belajar di kelas tanpa menghilangkan sentuhan kemanusiaan.
Mengangkat gagasan “From Algorithms to Empathy: Teaching with Blended AI and Humanity,” ia menekankan bahwa pemanfaatan teknologi cerdas di sekolah dasar harus berpijak pada keseimbangan antara kemampuan algoritmik dan pembangunan empati.
Guru tetap memegang peran penting sebagai pengarah interaksi, penjaga nilai etik, serta penjamin bahwa teknologi digunakan untuk memperkuat, bukan menggantikan, relasi manusia dalam pembelajaran.
Selanjutnya, Dr. Apri Damai Sagita K., S.S., M.Pd. dari Universitas Sanata Dharma menguraikan peran deep learning dalam mendorong pemahaman konseptual siswa sekolah dasar.
Ia menjelaskan bagaimana algoritma pembelajaran mendalam dapat digunakan untuk memetakan miskonsepsi siswa dan merancang intervensi pedagogis yang lebih personal.
Pembicara ketiga, Dr. Elyas Djufri, M.Pd. dari UST, menyoroti tantangan implementasi teknologi cerdas di sekolah dasar Indonesia, mulai dari kesiapan guru, ketersediaan infrastruktur, hingga isu etika penggunaan data anak. Ia menegaskan bahwa inovasi teknologi perlu diimbangi dengan penguatan kompetensi pedagogis agar pemanfaatannya tetap berpihak pada perkembangan peserta didik.
Setelah rangkaian paparan, peserta mengikuti sesi diskusi dan tanya jawab, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan sesi paralel yang diikuti oleh para pemakalah dari berbagai kampus. Keikutsertaan pemakalah dari Filipina menambah keragaman perspektif akademik dalam forum ini.
Momentum seminar internasional ini sekaligus menjadi pijakan bagi PGSD UST dalam memperluas kemitraan global. Seusai kegiatan, PGSD UST dan Calayan Educational Foundation, Filipina, menandatangani perjanjian kerja sama akademik sebagai tindak lanjut dari kolaborasi riset yang selama ini terjalin.
Kerja sama tersebut mencakup empat program utama yang akan mulai berjalan pada periode 2025–2026, yaitu riset kolaboratif, kelas praktik peningkatan English proficiency, pertukaran mahasiswa dan dosen, serta program pengabdian masyarakat yang tengah dirumuskan kedua institusi.
Langkah ini menjadi bagian dari kebijakan strategis PGSD UST untuk memperkuat jejaring internasional sekaligus mengintegrasikan nilai-nilai humanisme dan kemajuan teknologi ke dalam proses pendidikan dasar.
Melalui ICE 2025 dan kolaborasi akademik lintas negara, PGSD UST menegaskan komitmennya dalam menyiapkan calon guru yang adaptif, inovatif, dan berdaya saing global tanpa meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi dasar pendidikan nasional. (ah)
