Notification

×

Iklan

Iklan

Kuliah Alternatif X! Spiritualitas Bukan Tentang Agama Saja, Kesehatan Mental; Pondasi Utama Kepemimpinan

Minggu, 20 Juli 2025 | 06:34 WIB Last Updated 2025-07-19T23:34:06Z

Tangkapan layar kuliah alternatif X angkat "Mental Resilience and Spiritual Leadership" 


Semarang, soearamoeria.com - Griya Peradaban gelar Forum diskusi online Kuliah Alternatif ke X bertajuk “Mental Resilience and Spiritual Leadership” melalui aplikasi Zoom Meeting pada, Sabtu (19/07/2025).


Ma’as Shobirin selaku pendiri Perkumpulan Griya Peradaban menyampaikan bahwa Griya Peradaban telah berjalan sejak 5 tahun silam dengan program wajib Kuliah Alternatif, mengangkat tema-tema yang relevan dan sangat di butuhkan, kemudian juga menghadirkan pemateri-pemateri yang kompeten di bidangnya. 


Ia melihat banyak pemuda-pemuda yang mempunyai bakat di luar sana dan berharap perkumpulan ini dapat menjadi wadah bagi para pemuda untuk berkembang. Adapun pendirian perkumpulan ini tidak hanya untuk jangka pendek saja tetapi juga jangka panjang yang nantinya akan di jadikan dalam satu grup besar sebagai ruang kolaborasi antar para pemuda. 


Kegiatan ini menghadirkan pemateri dari alumni Kuliah Alternatif 1 dan 5, di lakukan dengan tiga sesi dan di ikuti oleh para pegiat serta peserta Kuliah Alternatif ke X.


“Teman-teman kalau sudah hadir di sini jangan sampai hadir hanya mencari sertifikat saja, sertifikat itu ya penting nggak penting. Kalau sudah masuk di Griya Peradaban ini ada beberapa identitas yang pertama, meskipun pembicarannya doktor tapi gelar tidak di pakai. Kemudian yang kedua, kita tidak menggunakan afiliasi kampus, kita lebih mengedepankan gerakan sosial ataupun karya-karya yang sudah di hasilkan atau prestasi yang di peroleh. Kemudian yang ketiga teman-teman semua, saya berharap tiga sesi ini bisa di lalui dengan baik, dengan semangat jangan sampai ketinggalan nggeh” ujarnya.


Riyan Hidayat selaku pemateri pertama menyampaikan, spiritualitas bukan tentang agama saja tetapi  kesadaran batin tentang kebaikan, makna hidup dan hubungan dengan yang transenden. Di era modern karya manusia berkembang sangat pesat, teknologi berkembang semakin canggih seperti AI yang selalu bersanding dengan manusia untuk memudahkan dalam pekerjaannya. 


Padahal para ulama dan saintifis jaman dahulu bersusah payah mendapatkan informasi, membuat sebuah karya atau menghasilkan sebuah produksi. Fenomena orang-orang sekarang hilang arah karena tidak menggunakan spiritualitas sehingga memicu penyakit overthingking yang menyebabkan enxity berujung dengan tindakan-tindakan negative seperti bunuh diri. Spiritualitas hadir sebagai fondasi dan arah dalam proses berkarya karena spiritualitas nilai dan tanggungjawab moral.


“Kiai saya dulu mengatakan kita itu harus ngelibatin tuhan loh dalam semua kegiatan kita. Ketika kita ngelibatin tuhan dalam hidup kita maka tuhan akan tepuk tangan, tapi kalau kita tidak ngelibatin tuhan dalam setiap kegiatan kita maka tuhan akan angkat tangan. kok bisa angkat tangan? karena tuhan bisa saja ngomong loh salahmu nggak ngelibatke aku, kalau dalam bahasa kita. makanya peran spiritualitas itu sangat penting dalam kehidupan kita. Sedikit saya menyinggung tentang bagaimana spiritualitas di sandingan dengan materialisme dalam dunia karya, ini penting karena banyak sekali yang tergoda dengan keberhasilan-keberhasilan yang secara instan, kemarin kan ada berita tentang koruptor termuda. Nah itu masalah, karena ngelihatnya materi. Padahal kalo kita sandingkan dengan spiritualitas, dia nggak akan kayak gitu. Karena anak muda jaman sekarang butuh validasi orang lain, hidup bergantung pada story orang lain. Kalo kita fokusnya pada spiritualitas maka kita akan melihat pada kontribusi kita apa sih, dan makna pada proses yang jujur. Kali ini saya ingin menenkankan yok kita bareng-bareng tingkatkan spiritualitas untuk kehidupan kita yang berkelanjutan dan berdampak positif” jelasnya.


Sementara itu Irma Noviana selaku pemateri ke dua menyampaikan, kesehatan mental menjadi fondasi utama sebagai kepemimpinan muda yang ada di Indonesia khususnya karena per hari ini banyak pemuda bahkan remaja sudah terganggu dengan yang namanya kesehatan mental. Berdasarkan survey kesehatan, angka kecemasan pada remaja mengalami peningkatan 26,7%. 


Ketika remaja atau pemuda yang di gaungkan jargon Indonesia tahun 2045 sebagai generasi emas, bagaimana kedepannya kalau misalkan keadaan remaja yang akan menjadi tolak ukur dan akan pemimpin memiliki kecemasan atau gangguan mental. Maka dari itu, kesehatan mental sangat penting bagi pemimpin.


“Ketika dalam berorganisasi kita pasti memilih pemimpin yang terbaik. Karena apa temen-temen, pemimpin harus bisa mengatur emosinya kemudian mengambil keputusan yang bijak kemudian mampu menginspirasi anggotanya. Ketika pemimpin memiliki kesehatan mental, itu akan menjadikan hal-hal yang tidak baik tidak akan terjadi. Yang pertama kita harus mampu memimpin diri kita, jangan jadi orang yang panikan, jangan kita di menangkan oleh ego tapi bagaiman cara kita bisa mengelola ego dan jangan gampang menyerah. Dalam leadership gangguan mental sangat menghambat kepemimpinan. Kalau dalam agama Islam ketika kita mengambil keputusan itu jangan sampai dalam keadaan terlalu senang atau terlalu emosi, maka dari itu ketenangan merupakan kunci dari kesehatan mental. Kesehatan perlu di imbangi dengan spiritual” jelasnya.


Oleh karena itu lanjutnya, pemimpin yang hebat adalah bukan pemimpin yang tidak pernah lelah tapi pemimpin yang tau caranya bangkit setelah lelah dan memanage lelah itu menjadi pembelajaran, menjadi experience, menjadi pengalaman untuk hati dan mental yang kuat, begitupun dalam memimpin diri sendiri. Kepemimpinan yang kuat lahir dari mental yang sehat. (kh)

close close