Notification

×

Iklan

Iklan

Buka Sosialisasi MOPDIK, Gus Rozin Ajak Pengenalan NU Harus "Ngenomi"

Minggu, 22 Juni 2025 | 21:52 WIB Last Updated 2025-06-22T14:52:30Z

Gus Rozin paparkan sambutan dalam sosialisasi Mopdik. 


Semarang, soearamoeria.com - Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah KH. Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin) menyebut bahwa pengenalan Nahdlatul Ulama (NU), Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, dan IPNU-IPPNU harus ngenomi, dan sesuai usai anak-anak muda sekarang. 


Hal itu diungkapkan dalam Sosialisasi Majalah Ma’arif NU Jateng yang digelar Lembaga Pendidikan Ma'arif NU PWNU Jawa Tengah dan PW IPNU-IPPNU Jawa Tengah pada Rabu (18/6/2025) secara daring.


“Kita sekarang menghadapi tantangan yang menjadi tanggung jawab bersama, Terutama Lembaga Pendidikan Ma'arif NU yang tersebar di Jawa Tengah termasuk, TK, dan RMI NU. Kita sekarang berada pada masa, di mana perlu mewaspadai menurunnya pada pelajar dan santri terhadap NU,” kata Gus Rozin.


Mengapa? Menurut Gus Rozin, karena orang-orang tua di Ma'arif, NU, dan RMI NU, sudah tidak lagi bisa membelajarkan, mengenalkan NU dengan metode kekinian.


Pihaknya menegaskan, bahwa cara membelajarkan ajaran NU perlu diperbaiki dengan cara “ngenomi” atau dengan pendekatan anak muda. "NU perlu dikenalkan sekarang lebih masif, dan ngenomi, lebih dekat dengan bahasa-bahasa gen alfa, dengan generasi sekarang, sehingga ada rasa akrab anak-anak muda itu dengan NU,” tegasnya.


Gus Rozin juga menegaskan, bahwa pengenalan NU harus inovatif, tidak boleh kering, dan satu arah. “Pengenalan dan pembelajaran NU jangan sampai kering, satu arah, karena contoh ber-NU yang membosankan, bagi anak-anak yang interaksinya aktif dengan gawai akan berbeda penerimaannya,” lanjut beliau.


Pihaknya juga mendorong, untuk pengenalan NU misalnya di IPNU-IPPNU tidak dilakukan secara instruksional, kekurangannya akan lahir keterpaksaan. "Tapi, harus diikuti dengan konten yang menarik, sesuai dengan usia dan kebutuhan anak-anak kita,” pesannya.


Ketua PWNU Jateng tersebut berharap, agar program-program seperti ini dilanjutkan secara berkelanjutan. "Saya berharap, program-program ini dilanjutkan, tidak hanya dua tahunan, lima tahunan, kita kan di kepenguruasan ada periodenya. Namun, program-program seperti ini harus diperkuat dan dilanjutkan, karena kita berpikirnya soal Aswaja, soal keberlangsungan NU,” lanjutnya.


Wakil Ketua LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah, Dr. Hidayatun mengatakan bahwa kegiatan Masa Penerimaan Peserta Didik Baru (MOPDIK) dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan Masa Ta'aruf Siswa Madrasah (MATSAMA) memiliki visi untuk menguatkan, dan transformasi ajaran Ahlussunnah Waljamaah itu menjadi penting.


Tangkapan layar peserta sosialisasi Mopdik. 


“Sekolah dan madrasah di luar Ma'arif itu bersusah payah untuk menyusun materi. Kami di Lembaga Pendidikan Ma'arif NU PWNU Jawa Tengah berupaya menyajikan hal itu agar pelaksanaan MATSAMA dan MPLS itu berjalan efektif, efisien, dan berseragam untuk menuju visi dan misi sama yaitu transformasi ajaran Ahlussunnah Waljamaah,” katanya yang mewakili Ketua LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah.


Pihaknya menegaskan, bahwa isi dalam majalah ini, mengantarkan peserta didik, memahami, mengilhami ajaran Ahlussunnah Waljamaah. "Ini adalah identitas diri, harga diri, kalau kita tidak punya jati diri, dan tidak menjaga Ahlussunnah Waljamaah, lalu siapa lagi?" tegasnya.


Usai pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan sesi materi penyampaikan Kurikulum dan Konten Majalah Ma’arif NU yang disampaikan Pemimpin Redaksi Majalah Ma’arif NU Dr. Hamidulloh Ibda. Pihaknya menegaskan, bahwa majalah ini merupakan bukti komitmen ber-NU, ber-Ma'arif NU, ber-IPNU dan ber-IPPNU. “Majalah Ma’arif NU ini menjadi pembeda dengan sekolah-madrasah lain, juga tersedia Pedoman Pembentukan Komisariat IPNU-IPPNU, beli 1 majalah dapat 1 buku saku Pedoman Pendirian Komisariat IPNU-IPPNU,” lanjut Ibda.


Majalah MOPDIK, kata Ibda, mengisingi kekosongan materi/modul dalam kegiatan MPLS/MATSAMA. “Selain itu juga harganya murah berkualitas, dan semoga menjadi bagian dari investasi dunia akhirat,” kata dia.


Ketua PW IPPNU Jateng Rekanita Dwi Sangita, dalam paparan materinya juga menegaskan bahwa pembentukan Komisariat IPNU-IPPNU menjadi penting di sekolah dan madrasah Ma’arif NU Jateng.


"Pembentukan Komisariat IPNU & IPPNU sekolah dikatakan penting sebagai wadah pembinaan pelajar agar memiliki karakter kepemimpinan, berakhlak mulia, dan berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah Waljamaah. Di tengah tantangan era digital dan pergaulan bebas, komisariat menjadi sarana pengkaderan, pelatihan organisasi, dan penguatan ideologi kebangsaan serta keislaman yang moderat,” katanya.


Sedangkan urgensi Pimpinan Komisariat IPNU-IPPNU di sekolah dan madrasah, Dwi Sangita mengatakan bahwa IPNU IPPNU adalah organisasi pelajar Pelajar NU adalah kekuatan masa depan yang harus dibina. “Pimpinan Komisariat adalah tempat aktualisasi dan pengembangan potensi pelajar Basis pembentukan ideologi,” beber dia.


Usai paparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi oleh peserta yang diikuti lebih dari 160 dari beragam unsur. Dalam sesi itu juga diputarkan tiga video profil Komisariat IPNU-IPPNU unggulan. “Ketiga video ini menjadi piloting, yang menjadi Komisariat IPNU-IPPNU percontohan bagi Komisariat IPNU-IPPNU di sekitarnya,” papar dia. (ah) 

close close