![]() |
Hindun Anisah, anggota DPR RI Fraksi PKB. |
Jepara, soearamoeria.com - Ide pengiriman pendidikan di barak militer kepada kalangan generasi muda atau anak nakal telah menuai polemik. Sebagian kalangan menyepakati gagasan itu, namun tak sedikit pula yang menolaknya. Hal berbeda justru dikatakan Hindun Anisah, anggota DPR RI dari Fraksi PKB.
Dirinya menilai, sampai sejauh ini pendidikan dan pembentukan karakter bagi generasi bangsa adalah melalui pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren. Baginya, dengan kedisiplinan dan intensitas interaksi antara santri dan pengasuh menjadi faktor penting dalam pendidikan karakter.
“Bagi generasi bangsa ini, yang masih representatif adalah pola pendidikan pesantren. Para santri punya waktu memadai dalam menempuh pendidikan sekaligus berinteraksi secara intens,” terangnya, Rabu (14/5/2025).
Ditambahkannya, selama ini pendidikan di pesantren juga membawa misi pendidikan kebangsaan dengan tujuan peningkatan kecintaan terhadap tanah air. Sehingga, kata dia, jiwa nasionalisme terus selalu didengungkan.
“Faktor historis pesantren sebagai salah satu medan perlawanan terhadap kolonialisme menjadi bukti sejarah yang selalu digelorakan kepada para santri,” tandasnya.
Terkait ide pengiriman “anak nakal” ke barak militer, menurut Hindun masih kurang efektif. Pasalnya, kurun waktunya tak memadai. Apalagi kalau hanya ditekankan pendidikan fisik.
“Pendidikan karakter dan kedisiplinan itu bukan proses instan yang hanya mingguan atau bulanan saja. Apalagi fokusnya soal kedisiplinan dengan hukuman bersifat tisik. Resikonya, setelah selesai dati barak, keluar berpotensi kambuh lagi,” pungkasnya. (ya)