![]() |
Ilustrasi : Kibrispdr.org. |
PATAH DALAM PECAH
Aku adalah hitam dalam goresan
yang berbaris ke seluruh warna
melindungi corak,
agar tak lumat terhapus samar
Aku adalah rumput yang lebat, rendahan
terinjak-injak tapak kaki di taman bunga
agar harum nan indah
tak terbias oleh hina
oh tidak, aku lebih!
Aku adalah angka nol
Sebagai pembuka dan penutup
pada hitungan yang mengganggu sepertiga malammu.
***
NEGERI 5W+1H
Pengen viral tapi nggak ada modal
mau jadi pahlawan tapi malah ayan
Andaikan menjadi penguasa,
pasti hidup ini aman sentosa
Biar nggak heran waktu lihat struk pembayaran
sayang, tumpang-tindih harapan dan kenyataan
Sesungguhnya nuansa yang kumaksud itu
minimal bernafas tanpa cicilan kredit
Makan belum kenyang saja pajak sudah menjepit
Dasar granit!
Wahai pemerintah,
ayo dong sedia diperintah!
Mohon ulurkan tangan
bukan angan-angan
Kami butuh lapangan pekerjaan
Ini malah lapangan doang
Kalau begitu jangan salahkan SDM rendah
apalagi tega cap rakyat pemalas
Kami lapar,
ke sana ke mari bawa surat lamaran
kunyah baliho caleg bertuliskan “wakil Tuhan”.
***
SAJAK MERAH DELIMA
Kasih,
Kebaikan mana lagi yang harus kupilih
jika bintang-bintang memanggilmu alam semesta
Kasih,
yang pekat setelah mata terpejam bukanlah gelap
namun jari-jari yang tak henti mengusap pipi
Kasih,
Seringkali semangatku ternoda
aku sedang bertanya-tanya,
di mana tempat yang tak bisa melepaskan genggaman tangan
Kasih,
kopi pahit semakin pucat menanti gula memberi nasehat-nasehat manis
kita digambarkannya semata
Kasih,
di setiap rusuk kiri yang patah,
terdapat bagian tubuh lain yang ingin menyembuhkan
Kasih,
Lautan adalah tumpahan perihku
yang berombak,
terhempas senja mengejar wajahmu
Kasih,
Satu-satunya yang mencintaiku setelah kepergianmu
adalah warna kuning kecoklatan di kertas puisiku.
***
SEBUAH PERMATA yang MENYILAUKAN BINTANG
Ibu jangan suap aku dengan keringat
nanti jiwaku kembung air mata
Ibu jangan nyanyikan aku senyuman
jika kesedihanmu kedap suara
Ibu jangan dekap aku dengan nasehat
karena kutahu, derita ibu lebih lebat
Aku kecewa bu, terlebih pada diriku
setiap kali ingin kubayar kasih dan sayangmu
dengan uang dan pernak-pernik hadiah
Engkau pasti berkata;
“tidak usah nak, melihat kamu berbakti
dan berguna bagi sesama saja ibu sudah bangga.”
Tolong…
Jangan basa-basi lagi bu,
aku malu
aku basi.
***
BANTAL HAMBA SAHAYA
Mereka terpecah ala amuba
Menjiplak kebebasan artistik gaya sastra
Teriak; lidahnya piknik ke menara
yang menjulang berkubah kasta
Dijatuhkan nestapa
Terjadilah egoisme antara kaum sudra dan brahma
Menuai polemik dunia sembilan naga
Tertawalah mereka dalam rekayasa
Padahal disandera skema
durhaka
Sebagian besar mengaku merdeka
Hingga pecah kepala
Tak lebih lucu dari diet rendah glukosa
tapi sepuluh kali sehari konsumsi kembang gula
disleksia
sebentar lagi akan wisuda
segala jenis penyakit logika
yang cumlaude bergelar dua
yakni “tak apa-apa”
dan “santai saja”
gulma.
_________
__Okki Siolemba adalah seorang penulis buku puisi “Rahasia Sunyi” (2022) yang kesehariannya menghabiskan waktu untuk belajar menemukan inovasi dan kreativitas baru. Biasanya penulis mendengarkan banyak lagu dari berbagai genre musik, membaca banyak puisi dari banyak penyair di seluruh dunia serta mengulik fenomena kisah sosial orang-orang untuk dijadikan inspirasi lalu dituangkan ke dalam sebuah karya seni sastra berbentuk puisi. Berbeda dengan latar belakang penulis yang berasal dari keluarga seni musik, ia mencoba menerobos batasan-batasan bakat yang tidak dimilikinya. (*)