Notification

×

Iklan

Iklan

Pesantren, Solusi Membendung Anak dari Judi Online

Senin, 01 Juli 2024 | 21:38 WIB Last Updated 2024-07-01T14:46:14Z

Judi online kian merajalela. (Shutterstock)


Oleh : Lailiyatun Nafisah, Dosen STAI Nurul Qadim Probolinggo


Judi Online menjadi perbincangan yang serius di semua lini. Pasalnya, virus ini bisa dikatakan menjelma menjadi penyakit diri, tidak pandang usia, pendidikan, bahkan jabatan. Siapapun bisa dan berpotensi menjadi bagian dari pelaku maupun korban dari judi online. Sebahaya apa judi online?


Dilansir dari BBC News Indonesia 27 November 2023, ditemukan fakta bahwa sejumlah anak setara dengan usia di bangku SD telah mengalami kecanduan judi online, bermula dari live streaming para streamer. Apa akibatnya?


Jelas, judi online telah merusak tatanan paling dasar dari manusia, yaitu akhlak. Terkesan sepele bagi orang yang tidak serius menangani perkembangan anak. Namun, bagi pemerhati perkembangan anak, fenomena judi online akan menjadi sebuah tantangan besar yang harus diwaspadai.


Perubahan perilaku pada anak-anak, seperti: semakin boros, sering uring-uringan, tidak jujur, menurun belajarnya, bahkan bisa jadi suka menyendiri adalah awal dari gejala yang perlu diteliti.


Semua bermula dari lepasnya pengawasan orang tua, anak diberikan fasilitas seperti handphone genggam/gadget, uang, motor tanpa pengawasan lebih lanjut. Alih-alih beralasan “Sayang anak” justru menjerumuskan anak ke dalam lubang kehancuran.  


Dalam tulisan BBC juga menegaskan adanya unsur kesengajaan dari streamer game dalam mempromosikan dan menjual situs judi online. Lantas, jika pelaku yang mempromosikan tidak bisa kita kendalikan. Manakah yang harus dikendalikan?


Jawabannya adalah orang-orang terdekat. Mengendalikan bukan berarti mengekang apapun. Namun, perlunya memilih dan memiliah kebutuhan dan keinginan mereka dengan bijaksana, tentu seusai dengan porsi kebutuhan anak, bukan kebutuhan trend sosial, tetangga atau pun masyarakat. 


Misalnya, saat anak tetangga full diberikan kebebasan memegang gadget dan akses apapun, bukan berarti kita mengikutinya. Karena cara mendidikan satu orang dengan yang lain berbeda.


Tidak bisa dipungkiri salah satu yang menjadi sebab anak-anak berkesempatan bermain gadget hingga terjerumus pada situs-situs judi online adalah “luangnya waktu”. Ini juga karena kurangnya kesiapan orang tua untuk menjadi orang tua. 


Banyak orang tua yang dalam prakteknya menganggap tugasnya hanyalah memberikan makan, baju, memberikan semua keinginan, kemudian ditinggal bekerja tanpa mengetahui apa masalah anak di sekolah, apa problem anak saat belajar hingga yang terlontar adalah “tidak mungkin anak saya begini begitu” saat anak sudah terjerumus.


Lalu, apa solusinya? Jika tidak bisa memberikan kesibukan yang positif kepada anak-anak saat di rumah, maka berada di pesantren bisa menjadi solusinya. 


Pesantren dengan lingkungan yang positif dan berada dalam kendali kiai, ustad, ustadzah, dan pengurus, bisa menjadi solusi untuk me-manage waktu anak-anak dalam kesehariannya. Banyak pelajaran dan tentu membentuk akhlak yang baik. 


Jadwal yang terstruktur di pesantren mampu membuat anak-anak lebih fokus pada kegiatan dari pada main gadget. Tawaran ini tentu berbeda jika orang tua merasa masih mampu full time membersamai anak dengan tumbuh kembang yang baik dan lingkungan yang baik.


Mengapa lingkungan? Iya betul, kegiatan main apapun biasanya didapatkan dari lingkungan anak-anak tempat ia menjalani hari-hari. Dan inilah permasalahannya, satu orang tua tidak akan bisa mengendalikan gaya parenting anak orang lain, sedang pengaruh lingkungan mulai dari bahasa, pemikiran anak, hingga kebiasaaan sangat luar biasa cepat menular. Mari lebih aware pada generasi kita. (07)

close close