
Terlihat sekilas dari depan, Pesantren Darul
Falah Amtsilati sepertinya adalah pesantren kecil yang stagnan dan tidak
berkembang. Namun setelah masuk ke dalamnya, pesantren ini sangat luas.
Pesantren ini memiliki luas sekitar 5 hektar. Padahal, awal berdiri pesantren
ini hanya 10x10. Bagaimana ceritanya?
Terletak di dukuh Sidorejo desa Bangsri, Kecamatan
Bangsri, Kabupaten Jepara, keunikan dari pesantren Darul Falah ini adalah
pembangunan fisik pesantren yang tiada henti.
Terhitung sudah sekitar 13 tahun—berdiri tahun
2002, Pengasuh Pesantren Darul Falah, KH Taufiqul Hakim, terus berjuang
membangun pesantren seluas-luasnya. Namun bangunan fisik hanya menjadi sesuatu
yang terlihat sekilas saja oleh pandangan mata, sebenarnya apa yang dimiliki
oleh Pesantren Darul Falah?
Pesantren ini termasuk salah satu pondok
pesantren yang terus berkembang karena memiliki suatu karakteristik yang
berbeda dengan pesantren lain dengan keunggulan metode Amtsilati yang ditemukan
oleh pengasuhnya sendiri.
Metode Amtsilati menjadi daya tarik
tersendiri bagi pesantren ini. Metode ini merupakan sebuah metode pembelajaran
kitab kuning dengan pembelajaran yang praktis dan cepat.
Di tengah anggapan masyarakat bahwa belajar
kitab kuning dengan nahwu-sharafnya adalah ilmu yang menakutkan karena harus
bertahun-tahun mempelajarinya, Amtsilati menghadirkan akselerasi yang menjadi
solusi atas pembelajaran nahwu-sharaf tradisional yang stagnan.
Kiai Taufiqul Hakim, penulis Amtsilati
sekaligus pengasuh pesantren Darul Falah ini juga termasuk kiai muda yang
produktif. Semenjak menulis Amtsilati dari tahun 2002 sampai sekarang 2015, dia
sudah menulis kurang lebih 150 kitab. Selain menulis, ia juga membangun
percetakannya sendiri dan memasarkannya sendiri dibantu dengan koordinator di
setiap daerah di Indonesia.
Histori Amtsilati
Amtsilati lahir, berawal dari kegundahan
seorang Taufiq muda yang merasa sulit membaca kitab kuning meskipun ia sudah
menghafal Alfiyyah. Di saat itu juga lahir sebuah metode Qiraati, metode yang
mengupas cara membaca yang ada harokatnya, terinspirasi dari Qiraati, ia juga
ingin menulis yang bisa digunakan untuk membaca yang tidak ada harokatnya.
Terbetiklah nama Amtsilati yang berarti
beberapa contoh dari saya yang sesuai dengan akhiran ‘ti’ dari Qiroati.
Mulai tanggal 27 Rajab, tahun 2001 M., Kiai
Taufiq mulai merenung dan muncul pemikiran mujahadah. Setiap hari dia melakukan
mujahadah terus-menerus sampai tanggal 17 Ramadhan.
Hari itu, seakan-akan ada dorongan kuat untuk
menulis. Siang malam ia ikuti dorongan tersebut dan akhirnya tanggal 27 Ramadhan
selesailah penulisan Amtsilati dalam bentuk tulisan tangan. Amtsilati tertulis
hanya sepuluh hari.
Subhanallah, saat itu kisah lahirnya Amtsilati saja
menjadi kisah menarik dan inspiratif. Amtsilati lahir dari sebuah kejernihan
hati seorang penulisnya. Dari seorang santri yang mengikuti thariqat di
Pesantren Al-Manshur Klaten dan menyelesaikan thariqotnya hanya 100 hari, lahir
Amtsilati, sebuah kitab fenomenal.
Perjalanan Amtsilati sedikit-demi sedikit
menampakkan hasilnya yang brilian. Semenjak muncul Amtsilati dengan
pesantrennya, Darul Falah, dari tahun 2002 sampai tahun 2015 ini, banyak sekali
prestasi yang dicapai baik oleh Pengasuhnya, santrinya maupun pesantrennya.
Dalam kurun waktu sekitar 13 tahun—berdiri
tahun 2002, Darul Falah Amtsilati terus mengembangkan jati dirinya baik itu
dari segi fisik bangunan, tingkat pendidikan, metode pembelajaran, maupun dari
kuantitas santri.
Seperti yang dikatakan oleh Kiai Taufiqul
Hakim bahwa saat ini Pesantren Darul Falah sudah memiliki sekitar 2500 santri
baik putra maupun putri. Luas pesantrennya sudah mencapai 5 hektar. Pencapaian
ini didukung oleh manajemen dalam mengelola pesantren dengan baik.
Bahkan pembangunan pesantren Darul Falah
seperti tiada henti. Saking herannya,
para ustadz, santri dan masyarakat keheranan dapat uangnya dari mana. Pendapat
itu seakan wajar saja dikatakan, melihat pembangunan Darul Falah yang cepat.
Padahal jika diamati dari pemasukan biaya
yang masuk ke Pesantren Darul Falah bisa dianggap cukup wajar jika pembangunan
pesantren bisa maksimal. Pemasukan utama pesantren yaitu dari sodaqoh santri
baru, syahriyah santri, koperasi pesantren dan percetakan Amtsilati.
Tidak hanya dari fisik pesantren, Kiai
Taufiqul Hakim terus berinovasi dalam memajukan pendidikan pesantren. Terbukti
Amtsilati memiliki tingkat pendidikan yang bisa dikata lengkap. Mulai dari
jalur formal yaitu MI (Madrasah Ibtidaiyyah) Tahfidz Amtsilati, SMP IT (Islam
Terpadu) Amtsilati sampai MA (Madrasah Aliyah) Amtsilati.
Dari jalur non-formal, yaitu progam metode
Amtsilati, kemudian progam pasca Amtsilati yang terdiri dari komunikasi
bahasa Arab-Inggris dan Madin Wustho dan Ulya Amtsilati.
Dari segi prestasi yang diperoleh santrinya,
sekitar 50 lebih piala yang berhasil dibawa pulang ke Darul Falah. Diantaranya,
Mas Agus Azro Halim mendapatkan juara II Bidang Tafsir Ulya dalam Mufakat
(Musabaqah Fahmil Kutub Turats) tahun 2011. Kabar terbaru, bulan April 2015
lalu santri Amtsilati memborong 20 piala dari beragam bidang kategori dalam MQK
Kabupaten Jepara. (biq)
Sumber : NU Online
Sumber : NU Online