Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan
mengenai berbagai jenis nilai hidup seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian,
tanggung jawab, kebenaran, keindahan, kebaikan, dan keimanan. Hal
ini yang
diungkapkan Staf Pengajar Fakultas Psikologi
Universitas Muria Kudus (UMK), Mochamad Widjanarko dalam diskusi
Peningkatan Mutu Pendidikan Guru
Yayasan Fadlun Nafis Bangsri Jepara, Senin (06/07/15).
Pembentukan pola asuh orang tua dalam mendidik
anak menjadi kunci utama. Pendidikan
berbasis karakter dapat dilakukan oleh pengajar. Pendidik harus menjadi panutan
bagi murid. “Jangan hanya siswa yang berkarakter, guru juga harus berkarakter,”
ujar Widjanarko.
Guru merupakan orang tua kedua setelah orang tua di
rumah. Sepatutnya sebagai guru harus memberikan
contoh yang baik dengan mengajar di kelas. Langkah yang dapat dilakukan oleh
pengajar dengan saling
tolong-menolong, menghormati dan menyayangi antar sesama. Berani meminta maaf
jika bersalah dan bersikap asertif untuk mengemukakan pendapat serta belajar
untuk mengontrol dan mengelola emosi.
Sebagai pengajar harus adanya interaksi sosial baik di rumah maupun di sekolah. Dalam pengelolaan
emosi, guru harus mampu mengontrol nya. “Jangan
mempertunjukkan emosi kepada anak karena
dapat menjadi momok negatif pada anak,” katanya.
Di samping itu perlu adanya agresi. Segala
tindakan individu baik berupa verbal maupun non verbal yang terjadi karena
adanya rangsangan internal maupun eksternal serta terdapat niat maupun harapan
untuk merugikan manusia lain ataupun obyek
(Baron dlm Koeswara, 1988).
Dalam konsep psikologi humanistik, seseorang
membutuhkan orang lain untuk diperhatikan, bahkan dicintai atau disukai akan
tetapi implementasinya diperlukan pengelolaan emosi yang tepat agar kita juga
tidak merasa tersakiti atau tidak menjadi galau apabila seseorang tidak
menyukai pilihan kita.
Ia berpesan kepada guru, membangun jaringan
atau kerjasama
(kelembagaan atau individu), studi banding kepada instansi lain
sebagai bahan acuan dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Selain itu,
guru harus kreatif dan inovatif memetakan pengajaran yang baik. Kemudian
hasilnya dapat dilakukan dengan menulis hasil penilitian dalam pemetaan
tersebut.
Dalam sambutannya, perwakilan Yayasan
Fadlun Nafis Bangsri, Akhmad Efendi mengatakan, acara sebagai dorongan kepada
guru untuk menciptakan pengajaran yang kreatif.
Dalam pengembangan karakter peserta didik di sekolah,
guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok
yang bisa digugu dan ditiru atau menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa
menjadi sumber inspirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap
dan perilaku seorang guru sangat membekas dalam
diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi cermin
siswa.
“Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar
dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral,” pungkas Efendi Kepala SMK Fadlun Nafis. (Ahmad
Miftahul Ulum/qim)