![]() |
Dok. : Ahmad Miftahul Ulum |
Jepara, soearamoeria.com
Pada zaman serba canggih
seperti sekarang, kegiatan mendongeng cerita rakyat di mata anak-anak tidak
populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada
televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga
sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak. Begitu yang
diungkapkan oleh narasumber Bedah Buku Legenda Jepara, Kartika Catur
Pelita (Penulis Lepas) di Aula SMK Fadlun
Nafis Bangsri Jepara (25/05/15).
Cipta sastra merupakan bagian dari mendongeng cerita
rakyat pada umumnya. Di dalam cerita rakyat juga terdapat nilai-nilai luhur
yang perlu ditransformasikan kepada anak-anak serta generasi penerus yang
ada di sekolah.
Melalui pembelajaran sastra diharapkan anak mempunyai
kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Cerita rakyat salah
satu bagian dari karya sastra yang perlu ditempatkan pada tempat yang
selayaknya. Oleh karena itu, pembelajaran sastra di sekolah perlu diupayakan
secara maksimal.
Insiyatul Uliyah juga
memberikan penjelasan dalam bedah buku Legenda Jepara. Ia
menjelaskan, nilai pendidikan
sangat erat kaitannya dengan karya sastra. Setiap karya sastra yang baik,
termasuk cerita rakyat, selalu mengungkapkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi
pembacanya. Nilai-nilai tersebut bersifat mendidik serta menggugah hati
pembacanya. Nilai-nilai pendidikan yang dimaksud dapat mencakup nilai pendidikan
moral, nilai adat, nilai agama (religi).
Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa nilai sastra
berarti kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan. Nilai sastra
dapat berupa nilai medial
(menjadi sarana), nilai final (yang dikejar seseorang), nilai kultur, nilai kesusilaan, dan
nilai agama.
Kita menyadari bahwa setiap sistem
pendidikan kiranya perlu disertai usaha untuk menanamkan wawasan pemahaman
budaya bagi setiap anak didik. “Melalui usaha pemahaman budaya dapat
ditumbuhkan sikap dan rasa bangga, percaya diri, dan rasa ikut
memiliki. Sebagai pihak sekolah seperlunya memperhatikan hal tersebut, itu
sebagai modal pembelajaran pendidikan karakter kepada anak, jangan hanya
mengejar UN saja” ungkapnya yang berprofesi sebagai
pendidik.
Dalam sambutannya Kepala SMK Fadlun Nafis, Akhmad Efendi mengungkapkan usaha
untuk mengenal pribadi dari seseorang akan terlihat dari cara dalam
menanamkan budaya melalui cerita pada anak-anak, kita mengenalkan cara
berpikir, mencontohkan usaha para pendahulu dengan prinsip-prinsip kehidupan,
ajaran yang di bawa serta sikap dan perilaku yang diajarkan pada zaman dahulu.
Seorang raja akan bersifat sopan dalam tingkah laku
karena pendahulunya menurunkan cerita ini pada generasi berikutnya. Dia menerangkan,
Buku Legenda Jepara karya Hadi Priyanto ini
bagus sebagai modal siswa untuk mempelajari cerita rakyat yang sudah tersaji di dalamnya.
Secara lebih mendasar dapat dikatakan bahwa pengajaran sastra, yakni cerita
rakyat, memiliki banyak manfaat dan dapat membantu pendidikan secara utuh. (Ahmad Miftahul Ulum/qim)