Jepara, soearamoeria.com-Beberapa tahun silam usaha cutting sticker bisa dikatakan masih langka. Usaha yang alatnya
harus dibeli dengan puluhan juta rupiah itu belum banyak tampak di Jepara.
Namun seiring berjalannya waktu, langkah pertama pengusaha cutting menempuh dengan jalur manual—menggunakan cutter untuk memotong stiker.
Itu pun untuk
sticker ukuran besar. Sedang yang kecil-kecil memesan keluar kota karena belum
punya alat.
Saat ini, hampir disetiap kecamatan bisa
ditemukan pebisnis cutting sticker. Dengan
makin banyaknya tukang cutting harga
pun semakin bersaing. Namun hal itu tidak membuat Nurul Jamal (41) ciut nyali.
“Saya malah seneng cutting sticker sekarang
tambah ramai. Apalagi rezeki itu sudah ada yang membagi,” papar pemilik Kalinyamatan
Sticker, Jalan Raya Margoyoso No.31 kecamatan Kalinyamatan.
Dikatakannya, usaha yang dijalankan
dengan sehat, ide yang muncul nantinya untuk persaingan pasar. Masyarakat pun
katanya bebas memilih sesuai dengan keinginan. “Apalagi jika ada sentranya mas,
malah lebih bagus,” kata suami Miftahul Jannah (38).
Usaha bidang seni yang dimulai dari
tukang ganti oli itu kian booming
sejak 2007 silam, saat musim partai politik. Masyarakat dari berbagai kelas menjadi
langganan setianya. Tidak hanya dari lokal Jepara luar daerah semisal Rembang,
Grobogan, Purworejo, Jakarta dan Lampung ikut memesan.
“Pelanggan dari luar daerah selain luar
Jawa datang langsung ke toko. Sedangkan dari luar Jawa infonya dari web
kalinyamatan-sticker.com sehingga transaksinya dilaksanakan via online semua,” terang alumnus MA Walisongo Pecangaan tahun
1990.
Jaga
Kualitas
Dirinya membangun kepercayaan kepada
semua pelanggan. Dengan modal kepercayaan itu, harga diatas yang lain tetap ia
pertahankan. Meski dengan yang lain harga produksinya cukup mahal tetapi lelaki
2 anak itu tetap mempertahankan hasil dan kualitasnya. “Stiker disini kualitas
Jepang, harganya 2 kali lipat merk china. Makanya tidak masalah kalo harga diatas toko cutting yang lain,” jelasnya.
Jamal menyontohkan, sticker yang paling
murah per-sentinya ia hargai Rp.12-40. Untuk harga lain diatasnya. Usahanya
yang dibantu 10 karyawan juga menyediakan sticker yang sudah jadi dengan harga antara
Rp.500-40.000. Adapun pesanan paling mahal diungkapkannya mencapai Rp.6 juta.
Lulusan IAIN Sunan Kalijaga itu juga memberikan
trik agar usahanya tetap survive. Tren
pasar yang sedang diminati anak, remaja hingga dewasa agar selalu di-update. Hal itu lanjutnya untuk memikat
pembeli. Disamping itu ia melayani pelanggan dengan sepenuh hati. “Semisal
mesan 1 biji pun harus dilayani,” imbuhnya.
Kini, dalam sehari ayah Rifda (13) dan
Rangga (9) itu meraup keuntungan kira-kira 1 juta. Jamal tetap optimis dengan
usahanya sebab banyak pom bensin, mebel dan perusahaan, lembaga maupun
perseorang akan tetap menggunakan jasa seninya. (qim)