Belajar Kehidupan dari Pensil - Soeara Moeria

Breaking

Selasa, 19 Desember 2023

Belajar Kehidupan dari Pensil

 

Pensil. 

Oleh : Maftuhan, Pengelola Taman Baca Rumah Kreatif Bologarang Penawangan Grobogan


Pensil adalah sebuah alat untuk digunakan menulis. Agar bisa bermanfaat digunakan serut terlebih dahulu. Karena ketika pensil baru masih dangkal, belum lancip. Sebagaimana untuk bisa bermanfaat perlu proses serut. Jika pensil boleh bicara, ketika diserut sangat sakit rasanya. Sebab terkelupas kulit luar dan dalamnya.


Dari ujung atas hingga bawah setiap dangkal pasti diserut pemiliknya, namun sakitnya membuahkan hasil yang tidak akan sia-sia. Kulit yang awalnya berwarna-warni setelah diserut berwarna kayu asli layaknya daging terkelupas, hingga halus terlihat dari kejauhan. Bahkan terkadang terjatuh dan dibuat mainan.


Pensil selalu menangis merintih jika bisa menyampaikan kepada pemiliknya. Penuh tanda semangat sebab selalu bermanfaat untuk mereka. Apalagi pemiliknya belajar dengan sungguh-sungguh, awalnya terasa sakit dirubah rasa bangga dengan pensil menghasilkan mencerdaskan pemiliknya.


Implementasi Kehidupan

Seperti kehidupan di dunia juga sama, ketika menjadi siswa ingin mengetahui ilmu, kita perlu diserut perlu belajar agar kebodohan kita melambaikan tangan. Jangan terus bangga dengan kebodohannya, bosanlah dengan kurang semangat belajar. Mengasah otak agar bisa paham segala ilmu, perlu waktu yang cukup lama.


Tidak bisa orang pintar dengan cara instan. Mie instan saja bisa layak dimakan butuh lebih dari dua belas tahun. Bukan hanya satu dua bulan saja.


Batu bisa cekung sebab terkena tetesan air butuh beberapa musim. Batu saja bisa cekung sekeras itu. Otak kita bisa menerobos kecerdasan juga sama. Hanya saja ada yang cepat ada juga yang lambat ketika mendapatkan ilmu.


Ketika belajar terus menerus akan banyak ilmu yang kita dapatkan. Sehingga ilmu yang masuk sesuai proses yang kita lalui. Semakin banyak tantangan yang kita hadapi, semakin banyak ilmu yang kita dapatkan. Sebab dengan banyak perjuangan semakin banyak pula hasil yang kita dapat.


Sebagai siswa jangan khawatir lusa mau jadi apa, ketika kita semakin banyak ilmu, maka kita semakin bijak untuk mempunyai keputusan.


Bukan walaupun setinggi apapun pendidikan kita ketika hidup di perkampungan maka sama saja. Itu asumsi bagi mereka yang hanya melihat sebelah pandangan saja.


Bukankah orang sukses itu perlu banyak proses bukan banyak protes. Yang sudah menjadi sukses itu tidak dilihat sekarangnya saja. Mereka pernah mengalami kesulitan dan banyak orang yang tidak mengetahui.


Figur Percontohan 

Bukankah para pimpinan itu sebelumnya hidup di perkampungan? Seperti presiden kita Ir. Joko Widodo sebagai contoh. Beliau adalah figur yang perlu diteladani, hidup sederhana penuh makna, pernah rumahnya digusur karena proyek pemerintah tanpa sosialisasi.


Namun ketika menjadi wali kota Solo, gubernur DKI, lanjut menjadi orang nomor satu di Negera Indonesia ketika ada proyek yang melibatkan masyarakat ada sosialisasi tawar menawar akan ada fasilitas pindahan.


Begitu pula dengan kita sebagai pelajar, walaupun kita hidup di pedesaan. Ketika kita bekerja dengan keras serta komitmen bangun kepercayaan tinggi.


Maka kita akan dicari sebagai tokoh terbaiknya. Yang paling penting adalah apa yang kita berikan untuk mereka bukan apa yang mereka dapat untuk kita. Menurut saya, pelajaran pensil hingga proses serut sangat berharga untuk kita jadikan ingatan penting untuk keberlangsungan kehidupan kita kini dan nanti. (04)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar