Pada sebuah pagi. (Ilustrasi: gramedia) |
Sajak di Pagi Hari
Sinar mentari menampakkan diri
Menyelisir hawa dingin di pagi hari
Memberi semangat kepada makhluk bumi
Untuk tetap melangkah meski sendiri
Semilir angin melambaikan asa
Menyeruak embusan penenang jiwa
Semoga hari ini lebih baik dari kemarin
Memberi pengalaman untuk ke depan nanti
Semoga sajak di pagi hari
Sedikit mengurangi beban pikiran
Lebih bersemangat menjalani hari
Penuh ketenangan dan keikhlasan
***
Kemilau Jingga
Kemilau jingga mulai tampak
Terganti oleh gelapnya malam
Menyisakan senja yang indah
Memberikan pesona yang berbeda
Menyiratkan cerita yang tak terungkap
Pemberi tanda tentang rasa
Hanya bisa dinikmati sekejap saja
Tapi membekas sampai raga
Saat sudah siap dicintai
Harus siap untuk ditinggalkan
Sebab dia hanya menyinggahi
Bukan menetap untuk selamanya
***
Rahsa Untuknya
Keheningan malam telah hadir
Menyisir desiran angin
Menjadi sebuah misteri
Yang hanya bisa dinikmati
Harsa yang selalu dinanti
Untaian doa selalu terpanjatkan
Kepada sang pencipta muka bumi
Rahsa untuknya terselip dalam padika
Semoga berahi direstui semesta
Meski realitanya telah pergi
Tersisa kampa dalam hati
Terbalut oleh sebuah akara
***
Menyambut Perpisahan
Semuanya akan mengalami perpisahan
Mau tak mau harus diterima
Rasanya seperti mimpi
Dulu bersama kini telah pergi
Banyak sekali cara menyambut perpisahan
Bisa dengan senyuman
Bisa pula dengan kesedihan
Tapi tetap saja akan menyakitkan
Andai perpisahan bisa semanis pertemuan
Mungkin semuanya akan bahagia
Perpisahan menjadi hal mutlak dalam hidup
Seindahnya kehidupan akan berakhir dengan kematian
***
Rasa yang Telah Berubah
Tentang rasa yang telah berubah
Dulu persahabatan menjadi prioritas
Ke mana pun selalu bersama
Menjadi tempat ternyaman untuk bercerita
Perlahan waktu mengubah semuanya
Persahabatan kini tinggal kenangan
Dipisahkan oleh kesibukan dan keadaan
Kisah manis berujung dengan duka
Dulu bersama menikmati masa muda
Dulu kita dekat dalam keadaan apapun
Dulu rasanya kita takkan terpisah
Tapi tidak terasa semuanya telah berubah
Sekarang sudah berbeda jalan
Rasanya teramat pedih
Melihat semua memilih berubah
Harapan kembali bersama terasa sulit
___________________
Zulfa Wafirotul Khusna, lahir di Jepara, 6 Agustus 2005. Menulis adalah menuangkan segala perasaan dan pikiran. Penulis 35 buku antologi dan 1 naskah solo berjudul “Zii untuk Zio”. Saat ini, penulis berdomisili di kota Jepara. Ia bisa dihubungi lewat media instagram @zuna_wa atau email khusnazulfa88@gmail.com. (01)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar