Kudus, SoearaMoeria.Com
Para tokoh dari berbagai elemen masyarakat di
Kabupaten Kudus mendukung penguatan Kabupaten Kudus sebagai Kota Santri.
Dukungan itu mengemuka dalam diskusi publik yang diselenggarakan Ikatan Sarjana
Nahdlatul Ulama (ISNU) Kudus bekerja sama dengan STAIN Kudus dan PC Fatayat NU
Kudus di Kudus, Rabu (17/05/17).
Diskusi itu dihadiri antara lain KH. Hamdani (Ketua
Majelis Ulama Indonesia/ MUI Kudus), H. Abdul Hadi (Ketua PCNU Kudus), H. A.
Hilal Majdi (Ketua PD. Muhammadiyah), Akhwan Sukandar (DPRD Jateng), Sri
Hartini (DPRD Jateng), Ilwani (DPRD Kudus), Ulwan Hakim (DPRD Kudus), Umar Ali
(Pengusaha) dan Saekan Muchit (STAIN Kudus).
Penanggung jawab kegiatan, H. Kisbiyanto, Kudus
merupakan kabupaten dengan beragam julukan yang melekat. Mulai dari sebutan
Kota Wali karena keberadaan dua makam anggota Walisongo, yaitu Sunan Kudus dan
Sunan Muria, hingga Kota Jenang.
‘’Kudus itu unik. Satu kabupaten yang menyandang
banyak julukan. Selain dikenal sebagai Kota Wali dan Kota Jenang, juga dikenal
dengan Kota Santri, Kudus Kretek, Kota Dagang, dan lainnya,’’ katanya.
Akan tetapi dalam pertemuan dengan tokoh lintas
sektoral itu, lebih menekankan Kudus sebagai Kota Santri. Menurut Kisbiyanto,
Santri merujuk pada religiousitas dan berbasis pada nilai-nilai keagamaan.
‘’Religiousitas dan nilai-nilai keagamaan ini,
termasuk ciri menonjol hingga Kabupaten Kudus menyandang predikat Kota Santri.
Kudus jadi jujugan para generasi muda untuk memperdalam agama, dengan banyaknya
pesantren yang berdiri. Sehingga predikat Kudus Kota Santri menjadi penguat
atas berbagai predikat lain yang melekat,’’ paparnya. (ros)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar