![]() |
Ilustrasi : Google |
Pagi ini kau tarik aku ke toilet itu
Kau sodorkan dua pualam itu kepadaku
Begitu bercahaya menyesakkan hati ini
Kau suguhkan tarian syahwat dalam liukan
tubuhmu
Lampu temaram itu tak membuatmu berhenti
Keringatmu bercucuran beraroma strawberry itu
Gairahku tak henti menghirupnya dalam-dalam
Suara rintihanmu layaknya terapi di telingaku
Mendayu-mendayu mengaduk jiwaku yang gersang
Bagai candu dalam aliran darahku
Dalam lengungan kau bercerita tentang mimpimu
Kita bertemu dalam labirin itu
Mulut kita bertautan
Dari mulutmu kau ucapkan
Kau merindukanku
Jember,
Februari 2017
* *
*
Mantra Cinta Dalam Nyanyian Tidur
Kamar ini, ruangan itu ada kenangan
tertinggal
Nyala berisik televisi tak segaduh apa yang
kau buat
Tak ingatkan kau
Kau selalu ucapkan mantra cinta dalam
nyanyian tidurmu
Tak ingatkan kau
Desahmu mengiringi dinginnya malam itu
Tak ingatkan kau
Sewaktu kumasukan lingga itu ke yonimu
Bisa kurasakan air matamu di dalam kepalaku
Dan aku nyakin kau akan mengingat semua itu
Terus mengingatnya
Tapi semua itu semu
Bukittinggi,
Februari 2017
* *
*
Bibir yang Terikat
Kau pernah berkata padaku
Bermimpi tentangku
Bertemu dalam sebuah taxi
Bibir kita saling terikat
Dan itu selalu kau ingat dalam kepalamu
Kau terus mengingatnya itu
Tak berhenti mengejarku selalu dengan
Bertanya pada whatapps
Bergerilya pada facebook
Bercermin pada Instagram
Kau terus gunakan imaji-imaji kosong itu
Bahwa akulah satria berkudamu
Yang akan membawamu pergi
Tapi tak tahukah kamu
Kau seperti iblis menawarkan kuldi tuk hawa
Membuat Adam terusir dari surga
Ku terasing olehnya
Karena kutanam benih kutukan itu
Kau akan memburuku
Biar pun di liang lahat sekalipun
Medan,
Februari 2017
* *
*
Bisakah Kurasakan Bibirmu, Sekali Lagi
Stasiun, peron dan peluit masinis
Berderu menjadi satu dalam khayalanku
Bergulat dengan kesunyian
Dudukku sendiri menatap langit
Membiarkan kenangan itu membunuhku
Bandara, bagasi dan boarding pass
Bergumul mendengung di telinga
Melawan lupa di wajahmu
Termenung dalam kesendirian semu
Lamunan-lamunan itu mencengkram nadiku
Hotel, kamar dan wastafel
Bergerak menyatu merayap
Merayu syahwatku di ujung ubun-ubun
Terbujur kaku berselimut duka
Ocehan-ocehan meracau di otakku
Lihatlah tembok penghalang itu
Bisakah kurasakan bibirmu?
Sekali lagi
Rantau
Prapat, Maret 2017
* *
*
Therius dan Candy
“Kaulah Therius-ku, sayang,” itu ucapmu
selalu
Kata-katamu selalu menjadi beban otakku
Kau katakan berulang-rulang
Bagaikan ngengat menyerbu lampu benderang
“Aku ini Candymu, honey,” rayumu
mendayu
Dengan itu kau rela sodorkan bibirmu untuk
kulumat
Meninggalkan akal sadarmu, menanggalkan
telanjang
Bergelut berpeluh keringat napsu
Iblis pun terkekeh puas, melihat anak Adam
melangggar lagi
Malaikat menitikkan air mata, mencatat
dosa-dosa itu
Kali ini, enyahlah kau
Memang aku pernah menyemai benih rahimmu
Kembalikan kau kepada pemberi dan pemilik
anak-anakmu
Karena kau tak akan menemukan aku di sini
Kisaran,
Maret 2017
_____________
Ferry Fansuri kelahiran Surabaya adalah travel writer, fotografer
dan entreprener lulusan Fakultas Sastra jurusan Ilmu Sejarah Universitas
Airlangga (UNAIR) Surabaya. Pernah bergabung dalam teater Gapus-Unair
dan ikut dalam pendirian majalah kampus Situs dan cerpen pertamanya
"Roman Picisan" (2000) termuat. Mantan redaktur tabloid Ototrend
(2001-2013) Jawa Pos Group. Sekarang menulis freelance dan tulisannya
tersebar di berbagai media Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar