Puisi-puisi Ferry Fansuri - Soeara Moeria

Breaking

Jumat, 17 Maret 2017

Puisi-puisi Ferry Fansuri

Ilustrasi : Google
Pagi itu Toilet itu

Pagi ini kau tarik aku ke toilet itu
Kau sodorkan dua pualam itu kepadaku
Begitu bercahaya menyesakkan hati ini
Kau suguhkan tarian syahwat dalam liukan tubuhmu

Lampu temaram itu tak membuatmu berhenti
Keringatmu bercucuran beraroma strawberry itu
Gairahku tak henti menghirupnya dalam-dalam

Suara rintihanmu layaknya terapi di telingaku
Mendayu-mendayu mengaduk jiwaku yang gersang
Bagai candu dalam aliran darahku

Dalam lengungan kau bercerita tentang mimpimu
Kita bertemu dalam labirin itu
Mulut kita bertautan

Dari mulutmu kau ucapkan
Kau merindukanku
                 
Jember, Februari 2017

* * *

Mantra Cinta Dalam Nyanyian Tidur
                 
Kamar ini, ruangan itu ada kenangan tertinggal
Nyala berisik televisi tak segaduh apa yang kau buat

Tak ingatkan kau
Kau selalu ucapkan mantra cinta dalam nyanyian tidurmu

Tak ingatkan kau
Desahmu mengiringi dinginnya malam itu

Tak ingatkan kau
Sewaktu kumasukan lingga itu ke yonimu

Bisa kurasakan air matamu di dalam kepalaku
Dan aku nyakin kau akan mengingat semua itu
Terus mengingatnya

Tapi semua itu semu

Bukittinggi, Februari 2017

* * *

Bibir yang Terikat

Kau pernah berkata padaku
Bermimpi tentangku
Bertemu dalam sebuah taxi
Bibir kita saling terikat

Dan itu selalu kau ingat dalam kepalamu
Kau terus mengingatnya itu

Tak berhenti mengejarku selalu dengan
Bertanya pada whatapps
Bergerilya pada facebook
Bercermin pada Instagram

Kau terus gunakan imaji-imaji kosong itu
Bahwa akulah satria berkudamu
Yang akan membawamu pergi

Tapi tak tahukah kamu
Kau seperti iblis menawarkan kuldi tuk hawa
Membuat Adam terusir dari surga

Ku terasing olehnya
Karena kutanam benih kutukan itu
Kau akan memburuku
Biar pun di liang lahat sekalipun

Medan, Februari 2017

* * *

Bisakah Kurasakan Bibirmu, Sekali Lagi
                                        
Stasiun, peron dan peluit masinis
Berderu menjadi satu dalam khayalanku
Bergulat dengan kesunyian
Dudukku sendiri menatap langit
Membiarkan kenangan itu membunuhku

Bandara, bagasi dan boarding pass
Bergumul mendengung di telinga
Melawan lupa di wajahmu
Termenung dalam kesendirian semu
Lamunan-lamunan itu mencengkram nadiku

Hotel, kamar dan wastafel
Bergerak menyatu merayap
Merayu syahwatku di ujung ubun-ubun
Terbujur kaku berselimut duka
Ocehan-ocehan meracau di otakku

Lihatlah tembok penghalang itu

Bisakah kurasakan bibirmu?

Sekali lagi

Rantau Prapat, Maret 2017

* * *

Therius dan Candy

“Kaulah Therius-ku, sayang,” itu ucapmu selalu
Kata-katamu selalu menjadi beban otakku
Kau katakan berulang-rulang
Bagaikan ngengat menyerbu lampu benderang

“Aku ini Candymu, honey,” rayumu mendayu
Dengan itu kau rela sodorkan bibirmu untuk kulumat
Meninggalkan akal sadarmu, menanggalkan telanjang
Bergelut berpeluh keringat napsu

Iblis pun terkekeh puas, melihat anak Adam melangggar lagi
Malaikat menitikkan air mata, mencatat dosa-dosa itu

Kali ini, enyahlah kau
Memang aku pernah menyemai benih rahimmu
Kembalikan kau kepada pemberi dan pemilik anak-anakmu

Karena kau tak akan menemukan aku di sini

Kisaran, Maret 2017


_____________
Ferry Fansuri kelahiran Surabaya adalah travel writer, fotografer dan entreprener lulusan Fakultas Sastra jurusan Ilmu Sejarah Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Pernah bergabung dalam teater Gapus-Unair dan ikut dalam pendirian majalah kampus Situs dan cerpen pertamanya "Roman Picisan" (2000) termuat. Mantan redaktur tabloid Ototrend (2001-2013) Jawa Pos Group. Sekarang menulis freelance dan tulisannya tersebar di berbagai media Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar