Gerakan
politik khilafah ISIS yang berkembang di Suriah dan Irak hingga saat ini sudah
berjalan 15 tahun. Cita-cita gerakan ini sendiri ditargetkan berjalan 50 tahun.
Sehingga masih ada waktu 35 tahun untuk melanjutkan cita-cita ini.
ISIS
tidak pernah menarget orang tua yang sudah sepuh tetapi mereka membidik usia 40
tahun kebawah. Sebagai anak muda di zaman serba teknologi ini menurut Nusron
Wahid tidak ada yang tidak peduli dengan dengan sosmed (sosial media).
Pernyataan
ini diuraikannya dalam Pelantikan Lembaga-lembaga PCNU Jepara masa khidmah
2015-2020 dan Pembinaan Keorganisasian NU yang berlangsung di Gedung NU Jepara,
Ahad (24/01) lalu.
Sehingga
ustadz-ustadz Wahabi sebut Ketua PBNU ini bergentayangan di dunia maya tiada
henti. Hal ini aku Nusron bahwa anak muda bersinggungan dengan dunia maya
setiap saat sebagai target utama mereka.
Melihat
keprihatinan ini, elemen-elemen yang menaungi anak muda NU harus dichek
keberadaannya. Apakah sekolah-sekolah yang ada sudah ada IPNU-IPPNUnya? Apakah
pemuda dan pemudi yang ada sudah bergabung dengan GP Ansor maupun Fatayat NU?
Atau malah generasi muda yang ada terkena virus israbu, pemabuk dan problem
negatif yang lain.
Problem
Ketua
Bidang Pengkaderan PBNU ini menjelaskan problem yang terjadi karena kader NU
banyak yang kurang terdidik, pengangguran dan miskin. Lalu, aktivis muda NU
asal Kudus ini mengutip strategi penyelesaian problem ala Hernando Desoto.
Dari
lima legal access yang ditawarkan
Hernando akses tanah, akses pendidikan, modal, teknologi dan market menurut
Nusron pendidikan merupakan hal utama yang harus diperkuat. “Usia 18-23 biarkan mereka belajar,” katanya.
Untuk
usia 25-35 tahun jelasnya lebih ditekankan pada penguatan perekonomian juga
yang tidak kalah penting penataan kelembagaan NU.
Mantan
Ketua Umum GP Ansor ini menggarisbawahi lini pendidikan. Bahwa siswa dengan
nilai yang bagus biasanya lebih memilih SMA 1. Sisanya yang dengan nilai
pas-pasan masuk di sekolah maarif.
Nah, di sekolah-sekolah negeri itulah agen
wahabi masuk di kegiatan Rohis yang tutornya berasal dari kampus. Sehingga
tegasnya perlu pola pendampingan massif. Karena di sekolah umum susah untuk
memasukkan IPNU-IPPNU.
Saat
ini para pengikut Wahabi di Indonesia bukan dari orang lain. Tetapi mesti ada
warga NU yang anak-anaknya mengikuti ajaran wahabi. Salah satu yang menyebabkan
seru dia jika anak warga NU menempuh studi di luar kota.
Berdasar
penelitian yang ia lakukan bersama teman-temannya menyebutkan 1 keluarga NU
yang kebetulan kuliah di luar kota fashara, menjadi wahabi. Ia pun prihatin
ketika mendengar cerita-cerita dari kawannya di sekolah-sekolah negeri susah
ketika akan mengadakan maulid. Alih-alih tradisi NU itu dilarang oleh murid.
Keprihatinan
lain, 1600 dari penerima beasiswa LPDP disinyalir yang disiapkan untuk antek
wahabi.
Oleh
sebab itu, Nusron mengajak agar NU turut cancut taliwanda. Beasiswa-beasiswa
yang disediakan oleh pemerintah semacam bidik misi dan LPDP separonya harus
diambil alih oleh kader NU.
Salah
satu cara yang bisa ditempuh di setiap kecamatan wajib ada Bimbel yang dikelola
Maarif maupun Muslimat. Maarif dan Muslimat juga harus punya database murid
agar alumni yang “hilang bisa segera dilacak. (qim)