Notification

×

Iklan

Iklan

Gas Pol, Rem Pol

Selasa, 12 Agustus 2025 | 00:06 WIB Last Updated 2025-08-11T17:06:28Z

 

Ali Achmadi. Foto: Koleksi pribadi. 


Oleh : Ali Achmadi, Praktisi pendidikan dan peminat masalah sosial, tinggal di Pati

 

Bupati Pati, Sudewo, belakangan seperti sedang ikut lomba tarik-ulur. Pertama, gaspol menaikkan PBB sampai 250%—angka yang bikin warga ngos-ngosan bahkan sebelum membayar. Lalu, ketika protes membesar, tiba-tiba rem mendadak: “Oke deh, batal.”

 

Tak cukup di situ, kebijakan lima hari sekolah yang sempat digadang-gadang juga ikut kandas.

Keduanya dibatalkan hampir berurutan. Seperti lampu lalu lintas yang tadinya hijau, tiba-tiba merah. Bahkan tanpa kuning. Alasannya? Macam-macam. Tapi rakyat tahu, kalau mau jujur, ini mirip orang jualan gorengan: kalau nggak laku, ya ditarik dari etalase.

 

Publik pun menerka-nerka: Apakah ini tanda hati bupati yang selembut tahu sutra, gampang luluh oleh tangisan rakyat? Atau, ini sekadar trik politis, semacam “nih, aku pemimpin yang mau mendengar suara rakyat” untuk kepentingan politik jangka panjang?

 

Atau jangan-jangan karena ada “telepon panas” dari pejabat di atasnya—entah dari Gubernur, Mendagri, atau bahkan panggilan darurat dari elit Gerindra pusat yang bilang, “Hei, kamu jangan bikin partai kita repot!”

 

Bayangkan saja, di satu sisi ada warga ngamuk di jalan, di sisi lain ada telepon panas dari pejabat yang lebih tinggi, lalu elit partai ngomel bikin tubuh meriang panas dingin. Lengkap sudah—serangan darat dan udara. Wajar kalau akhirnya kebijakan itu nyungsep.

Akhirnya, kita belajar sesuatu: Di negeri ini, kekuatan terbesar kadang bukan di pendopo. Bukan di DPRD. Bahkan bukan di kursi bupati itu sendiri.

 

Kekuatan terbesar ada di tiga tempat: Di hati rakyat. Kalau tersakiti dan sudah kompak menolak, susah dilawan. Di meja pejabat yang lebih tinggi. Mereka punya tombol “panggil” dan “stop” yang bekerja instan. Di ruang rapat elit partai. Tempat di mana angka survei lebih berharga dari angka pajak. Dan kalau tiga kekuatan ini bekerja bersamaan. Bupati pun bisa berubah pikiran dalam semalam.

 

Yang jelas, dua pembatalan ini membuat warga lega, tapi juga menyisakan rasa yang aneh. Seperti film yang tiba-tiba berhenti di tengah adegan penting. Anda ingin tahu kelanjutannya, tapi layar sudah gelap.

 

Yang tersisa, di pojok ruangan rapat, ada yang sedang mencatat: “Besok kalau mau bikin kebijakan jangan serampangan, dan  jangan terlalu menantang orang untuk demo.” (*)

close close