Notification

×

Iklan

Iklan

Inilah Kisah di Balik Iket Kepala Khas Temanggung Milik Bupati Agus Gondrong

Jumat, 13 Juni 2025 | 12:47 WIB Last Updated 2025-06-13T05:47:12Z

Agus Gondrong kenakan iket kepala khas Temanggung. 


Temanggung, soearamoeria.com – Harum kemenyan dan dinginnya angin yang menusuk tulang,  berpadu dengan lantunan lirih doa-doa yang dipanjatkan hingga memecah keheningan malam. Puluhan orang dengan mengenakan iket kepala nan identik, duduk bersila mengelilingi berbagai sesajian mulai tumpeng, ingkung, hingga aneka jajanan pasar. 


Itulah sepenggal gambaran gelaran salah satu prosesi yang menjadi rangkaian dari upacara adat Merti Dusun “Kirab Sesaji Puji Jagad” di Dusun Lamuk Legok, Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, pada Minggu (8/6) malam. 


Tampak pula di dalamnya Bupati Temanggung, Agus Setyawan yang duduk bersama para perangkat hingga sesepuh desa. Sekilas tak ada yang aneh dalam agenda tersebut. Namun jika diperhatikan secara seksama, iket kepala yang dikenakan oleh orang nomor satu di Kabupaten Temanggung itu sangat identik dengan yang dikenakan para warga, khususnya kaum pria.


Usut punya usut, iket kepala yang lazim dikenakan sehari-hari oleh warga Desa Legoksari itulah, inspirasi utama dari iket penutup kepala yang selama ini dikenakan sekaligus menjadi identitas Bupati Agus.


Iket kepala khas Temanggungan itu hampir tak pernah lepas dari sosok Bupati yang akrab disapa Agus Gondrong tersebut. Baik dalam kegiatan formal sebagai kepala daerah,  maupun selama melakukan aktifitas informal lainnya.


Bukan tanpa tujuan, hal tersebut ia lakukan guna memperkenalkan salah satu identitas asli dari Kabupaten Temanggung yang lekat dengan budaya lokal secara turun-temurun. Hal ini juga  menjadi simbol ajakan dari dirinya kepada seluruh masyarakat agar senantiasa melestarikan berbagai tradisi yang dimiliki oleh bumi Temanggung.


“Desa Legoksari ini itu adalah salah satu inspirasi saya. Termasuk penggunaan iket kepala ini. Kemajuan teknologi jangan sampai menghapus tradisi turun-temurun yang adi luhung. Budaya itu merupakan simbol kecintaan kita kepada nenek moyang. Maka jangan pernah meninggalkan sejarah,” bebernya.


Sementara itu, salah seorang Perangkat Desa Legoksari, Tri Supono menjelaskan bahwa tradisi mengenakan iket kepala oleh masyarakat Temanggung tersebut sudah ada sejak zaman dahulu secara turun-temurun. Bahkan, iket sering digunakan dalam berbagai kegiatan. Baik itu berladang, maupun acara-acara besar di setiap desa.


Lanjutnya, Iket Temanggungan memiliki ciri khas tertentu. Dimana bagian ujung depanya sedikit lancip, sebagai simbol permohonan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


“Kalau dulu iket kepala model ini masih banyak dipakai segala macam kalangan. Tetapi seiring perkembangan zaman, tak sedikit anak muda yang mulai meninggalkan. Tetapi, akhir-akhir ini banyak juga anak-anak hingga remaja yang suka mengenakan iket kepala,” pungkasnya. (ip)

close close