Notification

×

Iklan

Iklan

Kajian Ramadan dan Liwetan Sahur Bareng, Gus Ibra: NU Perlu Tingkatkan Ahli Ekonomi Makro

Minggu, 30 Maret 2025 | 04:30 WIB Last Updated 2025-03-29T21:30:57Z
Cak Nahrowi dan Gus Ibra bersama komunitas Nahdliyin Blitar Raya. 

Blitar, soearamoeria.com - Nahdlatul Ulama (NU) perlu meningkatkan kapabilitas dan kualitas ahli-ahli ekonomi makro. Sebab ekonomi makro memainkan peran penting dalam menjawab tantangan dan persoalan umat, seperti pengangguran, kemiskinan, inflasi dan ketimpangan ekonomi.


Hal ini disampaikan DR H. Ibrahim Kholilurrahman dari Badan Inovasi Strategis PBNU saat menjadi pembicara  inti pada acara Kajian Ramadan dan Liwetan Sahur Bareng yang digelar Kalaborasi antara PC ISNU, GP Ansor, IKA PMII, Lakpesdam NU se Blitar Raya di Pendopo Pondok Pesantren Maftahul Ulum Jatinom, Kanigoro, Blitar Jumat (28/3/2025) malam.


"Kita sangat  kekurangan ahli di bidang ini. Kita harus meningkatkan kader muda nahdliyin yang ahli di bidang ekonomi makro," ujar Ibrahim yang juga dosen UI Jakarta itu.


"Karena  dengan banyak ahli di bidang ekonomi makro inilah, NU dapat menjawab tantangan dan persoalan umat," tambah Gus Ibra sapaan akrabnya dalam acara bertema Menjaga Pancasila Outlook Indonesia di Masa Depan," ini.


Pada kesempatan itu Gus Ibra, juga menyinggung  kondisi ekonomi Indonesia dalam beberapa dekade terakhir serta tantangan yang harus dihadapi.

 

"Dengan tema Menjaga Pancasila Outlook Indonesia di Masa Depan dengan demikian kita harus mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di masa depan.Termasuk di bidang ekononi, harus ada kesesuaian dengan ideologi pancasila," kilahnya.


Outlook Indonesia di masa depan itu pertama, harus mempertahankan identitas nasional. "Kita harus mempertahankan dan mengembangkan identitas nasional Indonesia yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila," ungkapnya.


Yang kedua lanjutnya, harus siap enghadapi tantangan Global. " Kita harus siap dan berani menghadapi tantangan global dengan mempertahankan nilai-nilai Pancasila dan mengembangkan kemampuan dan kapasitas nasional," ulasnya.


Ketiga membangun masyarakat yang adil dan Makmur. "Kita harus  membangun masyarakat yang adil dan makmur dengan mempromosikan keadilan sosial dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Memang berat. Tapi kita harus mulai," pungkasnya.


Selain Gus Ibra, hadir H. Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga RI periode 2014-2019. Imam Nahrawi, yang akrab disapa Cak Imam memberikan motivasi dan berbagi pengalaman hidupnya kepada para peserta.


“Niat saya datang ke sini hanya untuk silaturahim, berbagi doa, semangat, dan inspirasi kepada sahabat-sahabat semua,” tuturnya dengan penuh kehangatan.


Menurutnya, silaturahim adalah kunci utama dalam menjaga persatuan dan memperkuat semangat kebangsaan. Ia juga menekankan pentingnya menata niat dalam berbagai aktifitas kehidupan. "Kita harus banyak  bersyukur dan menerima kondisi yang ada," pintanya.


Jalannya acara malam itu disertai rintik hujan yang mengguyur sejak sore. Ratusan peserta dari berbagai komunitas nahdliyin di Blitar Raya memadati Pendopo Pondok Pesantren Maftahul Ulum Jatinom, Kanigoro. 


Serangkaian dari acara, Kegiatan diawali dengan pembacaan surat yasin, surat al waqiah dan surat al mulk. Kemudian Tahlil secara bersama sama.


Menjelang tengah malam, sekitar pukul 22.45 WIB, rombongan Imam Nahrawi tiba dari Surabaya dan disambut dengan antusias oleh peserta yang spontan berdiri memberi penghormatan.


Acara kemudian dibuka secara resmi dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Ya Lal Wathan, yang menggema di seluruh area pesantren.


Gus Ahmad Khubby Ali, Pengasuh Pondok Pesantren Maftahul Ulum, sebagai tuan rumah dalam sambutannya mengungkapkan rasa syukurnya atas terselenggaranya acara ini.


“Alhamdulillah, malam ini kita bisa menggelar sahur bareng, sekaligus beritikaf, berdoa meraih Lailatul Qadar, dan mendapat berkah dari para senior yang hadir,” ujarnya penuh semangat.


Heri Setiyono, Ketua PC IKA PMII Blitar Raya yang mewakili panitia penyelenggara, juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi.


“Mudah-mudahan kita mendapat berkah dari acara ini. Yang paling penting adalah menjaga silaturahim dalam lingkup Nahdlatul Ulama, agar tetap erat dan penuh manfaat,” kata Hesty.


Sebelum memasuki sesi diskusi, suasana semakin hangat dengan penampilan tarian sufi dari para santri PP. Maftahul Ulum. Gerakan berputar yang harmonis dari para penari menghadirkan nuansa spiritual yang mendalam, seakan menyatu dengan angin malam yang menyelimuti pondok pesantren.


Acara resmi dibuka dengan doa yang dipimpin oleh KH. Ahmad Mudhofi, Pengasuh Ponpes Roudlotul Hanan Sawentar, tepat pada pukul 00.29 WIB. Kajian dan diskusi kemudian dimulai dengan dipandu oleh Erlin.


Para peserta tampak serius menyimak pemaparannya, meskipun beberapa di antaranya terlihat sedikit tegang saat membahas istilah ekonomi global yang cukup kompleks.


Diskusi berlangsung dinamis, dengan beberapa peserta aktif bertanya dan menanggapi materi yang disampaikan oleh narasumber.


Tepat pukul 02.54 WIB, sesi diskusi diakhiri dan dilanjutkan dengan sahur bersama. Tradisi ‘kenduman’ ala pesantren menjadi ciri khas dalam momen ini, di mana nasi dan lauk-pauk disajikan secara berjejer di atas daun pisang, lalu disantap bersama-sama dalam suasana penuh kehangatan.


Di tengah acara sahur, Syauqul Muhibbin, Wali Kota Blitar, tampak hadir dan berbaur dengan peserta. Kehadirannya semakin menambah semangat kebersamaan dalam acara yang tidak hanya menjadi ajang diskusi intelektual, tetapi juga mempererat tali persaudaraan antar Nahdliyin.


Kajian Ramadan ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang kondisi Indonesia di masa depan, tetapi juga menjadi ajang memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (ik)

close close