![]() |
KH Mahrus Ali dari Mayong Jepara saat menyampaikan mauidlah hasanah. |
Jepara, soearamoeria.com – Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) tidak bisa dilepaskan dari tradisi selametan. Demikian poin penting yang disampaikan KH Mahrus Ali saat menyampaikan mauidlah hasanah dalam Pengajian Umum dalam rangka Harlah ke-102 NU dan Haul Massal yang diselenggarakan MWCNU Kalinyamatan Jepara, Jumat (3/1/2025) siang.
Dalam kegiatan yang dihadiri warga nahdliyin yang terdiri dari NU, Muslimat, Fatayat, Ansor, IPNU, IPPNU se-Kecamatan Kalinyamatan ini Kiai Mahrus mencontohkan ketika mengkhitankan anak namanya walimatul khitan, menikahkan anak disebut walimatul ursy, pindah rumah walimatul waqirah, seorang perempuan yang hamil 4 bulan istilahnya walimatut tarbi’I, dan 7 bulan kandungan namanya walimatut tasbi’i.
“Yang tidak ada di NU itu selametan perceraian. Sampai sekarang saya belum pernah diundang selametan tersebut,” terangnya disambut tawa hadirin.
Karena itu tambah Kiai yang berdomisili di Desa Pelang, Mayong Jepara ini beragam kegiatan selametan yang dirutinkan oleh warga NU, maulid, haul, zikir, dan lain sebagainya merupakan buah dari jamiyah NU.
“Saya mau ikut maulidan, tetapi kalau disuruh jamiyah tidak mau,” begitu contoh Kiai Mahrus memberikan misal yang terjadi di khalayak warga NU.
Dengan misal tersebut ia memberikan perumpamaan warga NU tersebut mau memakan buah, tetapi tidak berkenan merawat pohonnya. Sehingga mantan Ketua Lembaga Dakwah PCNU Jepara ini mengajak hadirin untuk mengingatkan warga NU yang masuk dalam golongan tersebut untuk berjamiyah dan kelak diakui sebagai santri KH Hasyim Asy’ari.
![]() |
Ketua PCNU Jepara KH Charis Rohman berikan wejangan untuk warga NU Kalinyamatan. |
Ketua PCNU Jepara, KH Charis Rohman dalam sambutannya menyatakan momentum Harlah merupakan muhasabah untuk pribadi masing-masing. “Saya ini ikut NU sudah beneran atau jadi-jadian,” tegasnya bertanya kepada hadirin.
Ditambahkan, foto-foto kiai yang terpampang di gedung MWCNU ini merupakan orang-orang besar. “Saya ketika berziarah ke para pendiri NU bertanya kepada orang yang tahu apa doa-doa yang dipanjatkan oleh beliau-beliau, ternyata doanya tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain, masyarakat secara luas. Sebab itu pengurus harus memperhatikan umat” jelasnya.
Sementara itu, Ketua MWCNU Kalinyamatan H. Mufid mengatakan Pengajian Umum merupakan puncak kegiatan yang sebelumnya juga diisi dengan Ziarah Sesepuh MWCNU Kalinyamatan yang dipusatkan di Ranting Bandungrejo dan Manyargading, Pembacaan Arwah, dan Tahtimul Qur’an bersama Jamiyah Qurra’ Wal Huffadz (JQH) MWCNU Kalinyamatan.
Dalam sambutannya dosen Unisnu ini mengajak Banom untuk mendukung program-program NU. “Pertama membantu mensukseskan pembangunan RSU Anugerah Sehat, kedua, MWCNU Kalinyamatan dalam waktu dekat akan mengadakan PD PKPNU yang tujuannya warga NU tahu visi-misi NU, dan harapannya menjadi kader militan dan tangguh. Agar program-program bisa terlaksana dengan baik maka butuh kerja sama segenap Banom,” harapnya.
Ketua panitia, K. Sya’roni melaporkan hasil pemasukan dana haul massal sejumlah Rp49.892.000,- yang sumber dananya berasal NU Ranting Se-Kalinyamatan dan wali murid PAUD IT Ratu Kalinyamat. Hasil dana tersebut digunakan untuk operasional kegiatan dan melanjutkan pembangunan gedung PAUD. (ip)