Notification

×

Iklan

Iklan

NU Sekarang Bagaikan Timnas Sepak Bola, Jadi Perhatian Dunia

Sabtu, 21 September 2024 | 22:57 WIB Last Updated 2024-09-23T16:10:21Z

Ketua PBNU H. Ahmad Suaidi sampaikan sambutan. 


Blitar, soearamoeria.com - Ketua PBNU Dr.H Ahmad Suaidi M.Hum, mengungkapkan bahwa Nahdlatul Utama (NU) saat ini bagaikan seperti Timnas sepak bola Indonésia. Bagaimana tidak sambutan bukan hanya masyarakat Indonesia tapi masyarakat internasional terhadap Timnas sepak bola Indonesia. Seperti itulah kira-kira, Nahdlatul Ulama sekarang. 


Menurutnya NU ibarat gadis cantik yang dilirik oleh banyak orang. Baik di tingkat, lokal Kabupaten misalnya, provinsi, nasional dan juga internasional.


Lawatan Ketua Umun PBNU,  KH Yahya Staquf (Gus Yahya) seminggu  kemarin  adalah untuk berbicara dengan para pengambil keputusan di Amerika. Suara tentang visi Nahdlatul Ulama ke depan. 


"Kalau Anda sekalian pernah dengar waktu itu di Jawa Timur ada Konferensi Internasional tentang Fiqih peradaban di Hotel Shangrila  Surabaya dan juga nanti bulan November awal November insyaAllah akan ada  lagi Konferensi Internasional tentang Islam humanitarian atau Al Islam Lil insaniah. Atau Islam untuk memanusiakan," ujarnya saat menjadi pembicara dalam Wisada Sarjana Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar, Sabtu (21/9/2024).


Jadi di tengah tengah berbagai konflik atau berbagai masalah di dunia seperti perang  Ukraina  dan juga  Palestina dengan Israel. Di tengah tengah perubahan perubahan UU  politik dan ekonomi, NU punya daya tawar yang tinggi untuk memberikan sumbangan sih pemkiran kepada  dunia, utuk arah perdamaian dan  keadilan. 


"Anda sekalian adalah ada di titik di mana punya kesempatan yang besar untuk memanfaatkan ini semua," katanya.


"Begitu juga di tengah tengah Indonesia yang sedang berusaha untuk meloncat memanfaatkan bonus demografi ya di mana Anda menemukan bagian dari ini? Bisa memanfaatkan peluang peluang yang ada. NU salah satu unsur elemen masyarakat yang bukan hanya besar jumlahnya, tapi juga penting dari sisi kualitasnya," sambungnya. 


Beberapa waktu yang lalu, ada sebuah survei yang menyatakan bahwa selama 20 tahun terakhir dari 2005 sampai 2023. Ada lonjakan anggota atau simpatisan 2 kali lipat dari 27% di tahun 2005 menjadi 56,9% tahun 2023. Jadi jumlah warga NU sekarang ini itu lebih dari separuh warga negara Indonesia. Kalau warga Indonesia  ada 270 juta maka minimal yang 150 juta adalah warga warga NU. Jadi, nanti  sebagian besar dari penduduk Indonesia adalah angkatan muda baik generasi Z maupun generasi Y. 


"Dan itulah pula cermin dari warga NU. Sebagian besar adalah anak muda. Oleh karena itu, di samping ada peluang yang sangat besar, juga ada tantangan tantangan yang harus kita hadapi," ingatnya.


Jadi di tahun 2030 nanti, lanjut Suaidi, ada yang disebut dengan Bonus demografi yaitu penduduk produktif sangat besar dibanding dengan penduduk yang tidak produktif atau penduduk yang lebih tua. Tetapi kalau tidak bisa memanfaatkan generasi muda ini atau bonus demografi ini, maka justru kita terancam terpuruk. Kalau kita bisa memanfaatkan bonus demografi di tahun 2030 nanti. Kita akan bisa mencapai apa yang oleh pemerintah disebut sebagai. Generasi emas atau Indonesia mas 2045. Satu abad kemerdékaan bangsa Indonesia. 


"Jadi tantangannya sangat besar. Yang kedua yang saya ingin sampaikan adalah bahwa NU menjadi daya tarik yang besar. Baik di lokal, nasional maupun internasional bukan semata mata karena jumlahnya yang besar. Tetapi karena paham Islam Ahlussunnah wal Jamaah An Nahdiyah, di tengah tengah berbagai gerakan Islam yang cenderung konservatif dan radikal. Yang  menganggap perubahan perubahan dunia dan teknologi sebagai musuh. Maka justru  Aswaja atau ahlusunnah wal jamaah annadliyah menawarkan solusi. Salah satu yang  sekarang sedang ditawarkan itu adalah Fiqih peradaban. Al islam insaniah. Apa itu Fiqih peradaban dan Islam Insaniah?


"Saya minta izin untuk sedikit memberikan penjelasan. Fiqih peradaban itu adalah semacam paradigma di mana tanggung jawab untuk perubahan ke depan Indonesia dan dunia ada di tangan Nahdlatul Ulama atau Aswaja."


Dengan mengedepankan pada kesetaraan warga negara dan keadilan. Dan memperjuangkan. Perdamaian di seluruh dunia. Nah fiqih peradaban ini mengandung satu metodologi pemikiran yang khas aswaja menghadapi perubahan perubahan ke depan.
 

"Jadi kalau dulu, fiqih itu hanya menghadapi masalah masalah yang bersifat lokal atau berdasarkan ideologi Islami atau identitas politik ya Islam tidak Islam NU tidak itu. Maka fiqih peradaban ingin mengangkat bahwa semua orang adalah sama dan mari kita bersama sama memperjuangkan perdamaian dan keadilan. Nah cuma unitarian Islam adalah tawaran dari Visi NU itu kepada semua orang di seluruh dunia. Karena kalau dengan label fiqih peradaban maka mereka kurang bisa menangkap," pungkasnya. 


Hal senada juga  disampaikan Asep Kusdinar, S.Hut M.H yang mewakili PJ. Gubernur Jawa Timur. Menurut Asep Kusdinar, globalisasi telah membawa kita ke dalam area kompetisi yang tidak lagi terbatas oleh batas batas negara. Persaingan tidak hanya terjadi di tingkat lokal atau nasional. Tetapi di seluruh dunia. Di kompetisi ini hanya mereka yang siap berinovasi, beradaptasi, dan terus belajar yang akan mampu bertahan dan unggul. 


"Dunia membenarkan sosok yang tidak hanya menguasai pengetahuan. Tetapi juga memiliki karakter kuat, keterampilan, dan kemampuan kolaborasi dalam keragaman. Budaya dan perspektif," katanya. 


Menurut Acep, tantangan program tidak hanya menyangkut persaingan karir. Tetapi juga bagaimana kita bersama sama, dapat memecahkan masalah besar dunia seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan kesenjangan sosial.


"Inilah saatnya Anda berperan sebagai agen perubahan. Membawa ilmu yang telah diperoleh untuk memberikan dampak positif. Baik bagi masyarakat lokal maupun komunitas internasional."


"Saya yakin. Dengan ilmu yang didapat, kompetisi dan  pengalaman yang didapat selama kuliah di Universitas Nahdlatul Ulama Blitar membuat Anda semua untuk menjadi pemimpin masa depan yang tidak hanya kompetitif. Tetapi juga visioner," katanya.


Turut hadir pada Acara itu selain Rektor UNU, adalah beberapa tokoh pendiri UNU Blitar, Prof HM. Zainuddin, KH Masdain Rifai Ahyat dan KH Ardani Ahmadiyah Rais Syuriah PCNU Blitar beserta banomnya. (ik)
close close