![]() |
Aksi kelulusan generasi putih abu-abu. (Republika) |
Pendidikan yang baik akan menghasilkan lulusan yang bijak, ketika anak SMA sederajat pasca pengumuman kelulusan menunjukkan hal baik sama dengan menjunjung nama baik almamater sekolah tersebut.
Namun, ketika lulusan itu menunjukkan hal yang tidak baik, seperti berbuat arogan di jalan raya, coret tembok yang tidak sesuai tempatnya, apalagi konvoi yang mengganggu dan menimbulkan kamacetan jalan raya.
Bukan suatu kebiasaan jika hal tersebut masih bisa dicegah dari beberapa pihak, misalnya kebijakan sekolah menekan bahwa bagi siswa yang setelah pengumuman kelulusan jika ada yang berbuat arogan, maka ijazah ditahan hingga tahun depan.
Bagi keamanan atau polisi bisa mengamankan bagi siswa yang mengganggu ketertiban di jalan, serta masyarakat yang selalu mengawasinya di mana saja. Kelulusan bukan untuk mencoret baju putih menjadi berwarna, bukan pula menghalang truck dituliskan lulus.
Alangkah baiknya jika mereka bisa sadar untuk jangka panjang, misal pakaian selama sekolah dikasihkan kepada adek kelasnya atau titipkan di panti asuhan dan sebagainya. Jika di jalan raya menunjukkan donasi kelulusan baju layak pakai. Sebab masih ada orang yang menjadi peminta dan pengamen di jalan raya. Mungkin itu yang lebih tepat. Mereka masih butuh makan, pakaian, dan obat-obatan setiap harinya. Bukan hanya dilihat saja dibantu receh sekali makan.
Generasi (C)emas
Pemimpin yang akan datang adalah pemuda sekarang, jika pemuda sekarang banyak yang cerdas dan berjiwa pemimpin, maka kelak akan dipimpin yang cerdas dan penuh tanggung jawab. Namun, jika pemuda sekarang tidak mau diajak maju, malas, hanya meremehkan negerinya sendiri. Maka kelak akan seperti kebiasaan pemuda sekarang.
Kita menuju Generasi Emas bukan generasi yang penuh kecemasan, jangan sampai kecemasan sekarang menjamur hingga sepuluh tahun yang akan datang.
Indonesia butuh pemuda sekarang yang berprestasi dalam segala bidang, bukan hanya atletik saja, namun moral lebih diutamakan. (12)