Pati, soearamoeria.com
Pare merupakan
salah satu buah yang rasanya sangat pahit. Karena pahit ini pare biasa juga
dijadikan obat. Jenis labu-labuan ini biasanya diolah maupun menjadi sayur
dengan khas rasa pahitnya.
Namun di tangan Kusmianingsih
(37) warga Desa Margorejo, Kecamatan Margorejo, Pati, pare bisa diolah menjadi
makanan ringan kripsi yang enak.
Bahkan, rasa pahit
pada pare krispi buatan Ningsih menjadi lebih netral dengan berbalut rasa gurih
dan renyah.
Ide membuat pare
krispi berawal dari ketersediaan bahan baku pare yang melimpah dan murah di
pasar tradisional. Terlebih, pare punya manfaat sebagai obat yang baik untuk
kesehatan. Hal itu yang membuat Ningsih mencoba untuk berkreasi mengolah buah
pare menjadi camilan siap makan.
“Saat ini, satu
kilogram pare harganya sekitar Rp 6 ribu. Sekilo buah pare menjadi enam bungkus
makanan ringan, masing-masing berisi 150 gram dengan harga Rp 12 ribu. Ini yang
membuat saya tertarik untuk menciptakan produk pare krispi,” ujar Ningsih,
Sabtu (17/12/16).
Menurutnya,
makanan ringan berupa pare krispi di Pati belum ada. Kondisi itu dipandang
sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Selain bahan baku melimpah dan murah,
produk olahan makanan ringan dari buah pare belum ada di Kabupaten Pati.
Saat ini, pelaku
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang bergelut di bidang makanan ringan
ini sudah menjual produk pare krispi di Pasar Pragola. Dalam sebulan, Ningsih
baru bisa menjual produknya itu sekitar 150 bungkus per bulan.
Meski di Pati
belum ada yang menjual produk pare krispi, tetapi Ningsih tidak segan untuk
membeberkan rahasia membuat pare krispi yang digemari pembeli. Seperti membuat
sayur pare, Ningsih selalu merendam irisan pare dengan air panas yang sudah
dicampur garam.
“Irisan pare mesti
direndam dulu ke dalam air panas yang sudah dicampur garam. Tujuannya untuk
mengurangi rasa pahit yang berlebihan pada pare krispi. Ketika dipadu dengan
tepung dan bumbu-bumbu, rasanya menjadi gurih dan renyah,” terangnya.
Untuk membuat pare
krispi, kata Ningsih, buah pare diiris-iris tipis, direndam air panas yang
sudah dicampur garam selama sehari semalam. Irisan pare dimasukkan adonan yang
tepung beras, telur, margarine, dan bumbu-bumbu rempah.
Selanjutnya, cukup
digoreng hingga kering. “Supaya lebih krispi, sebaiknya digoreng dua kali,
setelah didiamkan pada gorengan pertama. Kalau sudah ditiriskan dan tidak
panas, tinggal dikemas menggunakan kemasan yang menarik,” tuturnya.
Di Pati,
persaingan untuk memasarkan pare krispi belum ketat sehingga bisa menjadi
peluang bisnis yang menjanjikan. Ningsih sendiri memproduksi pare krispi,
karena belum ada di Pati. Bila digemari, rencananya akan dipasarkan di luar
kota.
Rian Setianto,
penikmat pare krispi asal Desa Angkatan Lor, Tambakromo, mengaku rasanya sangat
enak, gurih, dan renyah. Sensasi pahit hanya sedikit melekat, setelah pare
krispi dikunyah. Justru, kata dia, sensasi pahit itu yang membuatnya memiliki
rasa khas dan berkarakter. (ed)
Source : Koran Muria