Jepara,
soearamoeria.com
Nurul
Inayah sejak lama memiliki hobi corat-coret di tangan. Kemudian seorang calon
pengantin tertarik dan ingin di henna. Lalu, dilukislah tangan calon pengantin
itu. Dari permulaan itu akhirnya kabar bahwa Inayah bisa menghenna menyebar
dari mulut ke mulut.
Sekilas
kisah dari perempuan asli Jepara itu menjadi awal mula ia menekuni dunia henna
art. Dan, bakat itu lantas disupport oleh suaminya. “Kenapa tidak dijadikan
penghasilan saja?” Tanya sekaligus support
dari suaminya.
Dari
pertanyaan serta semangat suaminya ia yang tinggal di Teluk Wetan RT.11 RW.02
ini langsung mengakses membeli henna dengan kualitas bagus meski di awal-awal
menekuni menggunakan rani kualitas biasa. Untuk membeli henna pemilik motto—bakat
tidak dimulai sejak lahir tapi dari sejak mulai ini banyak berinteraksi dengan
perkumpulan henna art Indonesia.
Perempuan
kelahiran 27 Oktober itu mengaku hobi gambar dan corat-coretnya di tangan sudah
berlangsung sejak SD. Waktu itu ia memang demen
banget dengan India sehingga ingin tangannya dilukis.
Nah, dipakailah spidol
untuk melukis tangan. Lama-lama menggunakan kutek
kaji. Henna, menurut dia ialah daun asal India dan Arab. Dalam penggunaannya
diracik dengan seduhan air teh yang didiamkan dalam beberapa hari serta perlu
dicampur dengan air suling.
Sehingga
dengan racikan itu, lulusan UIN Walisongo Semarang ini menyebut racikan itu
halal untuk menunaikan shalat karena bisa menyerap air wudlu. Konon, di Arab
banyak perempuan yang mengenakan henna. Sedangkan di India, kaum hawa yang
berhias henna sebagai penanda perempuan tersebut sudah menikah.
Dalam
menekuni henna modal yang dibutuhkan sekitar Rp.150.000. Uang itu digunakannya
untuk membeli bahan dan keperluan lain. Lalu siapa pelanggannya?
Pelanggannya
dari mana saja. Ada yang dari Jepara, Demak, Semarang, Batang dan Pekalongan. Istri
dari Qutfi Muarif ini menyatakan untuk jenis henna fun dalam sebulan mesti ada
yang memesan. Tetapi untuk henna wedding musiman, jika musim menikah tiba.
Pelanggan
henna fun biasanya datang langsung ke rumah. Bagi henna wedding sarjana
pendidikan ini ke rumah calon pengantin.
Putri pertama pasangan Sriyanti – Mashadi ini masih menyayangkan perkembangan henna di
kampung kelahirannya masih minim. Sehingga berimbas pada ongkos jasa henna art.
“Ongkos
henna fun per satu tangan hanya Rp. 30.000. di awal tahun ini saya bikin promo
hanya Rp.20.000 dua tangan. Yuk yang
mau di henna!” begitu kalimat promonya.
Meski
di Jepara terbilang masih sedikit peminat tetapi jika menghenna di luar daerah
hasilnya lumayan. Aktivitas melukis tubuh yang ditempuh seperempat jam ini di
Semarang, misalnya dua tangan mencapai Rp.300.000. Alhasil, omzet yang didapatkannya tergantung dari jumlah pelanggan.
Pendidik
di lingkungan MA Darul Ulum Purwogondo Jepara ini memiliki strategi untuk
menarik pelanggan. Yakni dengan bekerjasama dengan perias yang ada di Jepara,
Semarang dan sekitarnya.
Kini
posisinya sebagai tukang henna masih terbilang single person. Inayah pun memiliki cita-cita agar henna di Jepara
terus berkembang berkeinginan membuka kursus. Secara legalitas kursusnya memang
belum resmi buka. Tetapi ada beberapa anak didik di madrasahnya yang mulai
belajar dan membuka usaha sendiri di rumah.
“Harapannya
sich semoga peminat di Jepara
meningkat baik produsen maupun konsumennya sehingga kedepan menjadi trend,”
harapnya. (qim)