Semarang, soearamoeria.com-Novel Perjaka karya Kartika Catur Pelita dibedah dalam acara bertajuk “Ndhopok Sastra” di Lobi Dekase, TBRS, Semarang, belum lama ini. Bedah novel tersebut sebagai bagian dari rangkaian acara memperingati Dirgahayu Komunitas Sastra Lembah Kelelawar. Perjaka adalah novel perdana Kartika Catur Pelita, penulis asal Jepara. Novel tersebut menceritakan empat remaja belia: Lodi, Limanov, Layan dan Kuat.
Lodi adalah remaja SMA yang bandel, suka bolos, berkelahi, nonton dangdut, miras dan trek-trekkan. Layan, anak nelayan miskin yang terpaksa DO padahal dia bercita-cita jadi perancang kapal. Limanov seorang indo yang kehilangan figur orang tua dan berkubang dalam dunia gigolo dan seks sejenis. Sementara Kuat, buruh pabrik yang bercita-cita menjadi penulis terkenal. Mereka bertemu, berjuang, berkisah tentang arti keluarga, persahabatan juga pengalaman seks pertama sebagai perjaka.
Perjaka dibedah oleh Bahrul Ulum, penyair, pegiat Pelataran Sastra Kaliwungu (PSK) Kendal dan Santi Almufaroh (Kajian Ilmu Aspresiasi Sastra, IKIP PGRI Semarang).
Malam itu bedah novel berlangsung hangat. Setelah acara dibuka Setia Naka selaku ketua panitia kemudian berturut-turut Bahrul Ulum membacakan puisinya yang berjudul: Persetubuhan Maut. Kartika Catur Pelita pun membacakan sebuah bab dalam novel Perjaka yang cukup hot yakni bab Melelang Keperjakaan. Penampilan Art Klinik Performance menambah kian asyik suasana.
Santi Almufaroh dalam wacananya menggoreskan jika membaca novel Perjaka dia seperti menyeterika baju yang belum selesai tetapi dia terbawa hanyut suasana penceritaan yang ditulis oleh pengarang novel. Bahkan dia meneteskan air mata saat membaca sebuah bab. Dalam wacananya dia mengkritisi beberapa bagian novel yang menurutnya bahasanya vulgar dan kasar. Semisal : Tubuh bugil pelacur menindih Lodi. Sedetik Lodi merasakan penisnya yang telah menegang bertambah besar dan sangat panjang. Lodi memancarkan air hangat dan celana dalamnya basah (Hal. 60).
Sementara Bahrul memuji Kartika Catur Pelita sebagai penulis hebat. Bahkan menurutnya, Perjaka adalah prasasti novel bertema Pendidikan Seks dalam sastra Indonesia. Menurutnya ada kesamaan antara Kartika Catur Pelita dengan Remy Silado. Kartika Catur Pelita sendiri selain menulis novel, juga dikenal sebagai cerpenis. Karya-karya cerpennya termuat dibeberapa media nasional seperti Suara Pembaruan, Kartini dan Nova.
Para audien pun sangat ekspresif mengikuti bedah sastra ini. Mereka terbawa pesona Lodi, Limanov, Layan, Limanov yang dituturkan secara apik oleh pengarangnya. Pada kesempatan itu, Kartika Catur Pelita membagi pengalaman proses pembuatan novel Perjaka, pun lika-liku penerbitannya. Kartika juga menssuport mereka yang tertarik bersinggungan dalam dunia kepenulisan, terutama fiksi. Pada sesi terakhir setelah diskusi dan tanya jawab, Kartika membagi-bagikan buku terbitan penerbit Andal Krida Nusantara (AKOER) yang menerbitkan novel Perjaka (Moh. Riyanto/qim)
Sumber: Radar Seni